Minggu, 18 Februari 2024

Cerita Pengalaman Saat Sidang KTI

Bismillah … Sidang KTI (Karya Tulis Ilmiah) itu pada 19 Mei 2023, kurang dari tiga bulan setelah aku seminar proposalnya. Entah takdir atau bagaimana, hari saat sidang KTI itu sama seperti sempro yaitu Jum’at. Namun, jujur di antara kumpulan hari aku memang menyukai Jum’at karena banyak berkahnya dalam Islam. Aku sangat berharap pada-Nya, di hari Jum’at yang berkah bisa membawa kegiatan pentingku berjalan dengan lancar. Kegiatan itu entah kenapa juga berdekatan dengan kegiatan lain yang tidak kalah pentingnya. Seperti waktu itu setelah sempro, Sabtu malamnya ada kegiatan SURAU (Silaturahmi Aneuk Asrama IPAU). Ahad pagi, kami juga mengadakan acaranya di Pantai Lampuuk. Aku ada di sana sampai setengah hari sebelum pamit bersama dua teman seperkuliahan untuk pulang ke Asrama. Besoknya, kami harus ada di Lhokseumawe untuk mata kuliah PPKM. Bukan singkatan dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat karena itu sudah dicabut Presiden saat Desember 2022, tapi ini Praktik Pembangunan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas. Sabtu nantinya juga setelah aku sidang KTI, dari Banda Aceh harus ke Medan untuk mata kuliah PKL (Praktik Kerja Lapangan) di Rumah Sakit.

Data penelitian sudah kulakukan dari Februari. Seperti pepatah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, sembari PPKM di Puskesmas, aku juga melakukan penelitian di sana. Hal itu karena ide Dosen Pembimbing yang baik hati, beliau menyarankan tempat penelitianku di Puskesmas itu. Memang proposal penelitianku di Lhokseumawe, tapi bukan di Puskesmas melainkan di salah satu desa. Namun, sekarang jadi dipermudah, aku merasa bersyukur. Penelitian juga tanpa mengeluarkan biaya karena menggunakan fasilitas Puskesmas dan dilakukan selama kami PPKM yaitu dua pekan.

Jujur judulku sangat mudah, karena aku sangat menyadari kalau bukan orang yang pintar-pintar amat. Sering aku merasa tidak percaya diri saat ditanya apa judulku, selalu bilang juga ‘Judulku mudah’. Sama sekali tidak ada niat untuk sombong karena seperti kata kakak sepupu “Untuk apa sombong, apa pula yang disombongkan”. Menurutku juga, yang penting aku suka dengan mata kuliah: Kimia Klinik terkait penelitiannya. Aku pernah dengar kalimat, ‘Skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai. Skripsi juga nggak akan mengubah dunia, ya setidaknya sampai sejauh itu. Lalu, akan berakhir lama di Perpustakaan’. Teman KKL (Kuliah Kerja Lapangan) program studi Keperawatan yang pertama kali kukenal saat bulan Maret juga bilang judulku mudah. Dia bilang, judul yang ia punya juga mudah karena tentang ‘Jiwa’ atau bisa dibilang bagian dari Psikologi karena memang banyak diminati mahasiswa di prodinya. Aku setuju dengannya karena berpikir kalau di prodiku juga banyak mahasiswa yang nilainya tinggi  dan sangat pintar tapi mengambil judul yang mudah. Aku nggak tahu alasannya, mungkin karena mau praktis saja ya sepertiku, tapi ada juga mereka yang mengambil judulnya susah. Susah karena penelitiannya membutuhkan banyak prosedur, waktu dan biaya untuk dilakukan. Salut kepada penelitian mereka, belum tentu aku bisa mengerti dan melakukan itu meskipun kami seprodi.

Aku banyak dibimbing oleh Dosen pada bulan April, tepatnya pada bulan Ramadhan. Di saat banyak Muslim dan Muslimah lainnya fokus beribadah aku selalu berkutat pada laptop. Hal yang paling kusukai saat itu adalah Shalat Tarawih di Masjid. Kapan lagi perempuan khususnya aku bisa shalat berjamaah di Masjid selain saat bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri serta Adha. Soalnya seperti hadits, perempuan baiknya shalat di rumah. Jujur, di Masjid aku merasa sangat tenang dan damai, aku tidak perlu memikirkan tentang dunia selama di sana. Aku bersyukur, letak Asrama dekat dengan Masjid sehingga aku bebas berjalan kaki dari qabla Isya sampai ba’da tarawihnya pukul 10 malam karena 20 rakaat. Meski, kata Ustadz shalat ba’diyah Isya lebih besar pahalanya daripada tarawih.

Kata temanku, sebenarnya kalau lebih berusaha lagi aku bisa sidang KTI di bulan April karena memang penelitian sudah siap dan tidak banyak revisi lagi, meskipun setelah sidang kemudian catatan saran terisi penuh. Mereka yang sidang KTI saat Ramadhan memang bagus karena bisa selesai sebuah tanggung jawab, bahkan saat lebaran nanti tidak ada beban pikiran. Aku sendiri memang tidak ingin terburu-buru tapi punya target harus bisa sidang KTI sebelum PKL di luar kota dan syukur Alhamdulillah tercapai.

Hari itu, berakhir pula kami PKL selama tiga pekan di RS : Kelas A Pendidikan, hari yang sama aku sidang KTI. Sebelumnya, seorang teman yang dosen pembimbingnya sama denganku juga ingin daftar sidang saat hari di mana jadwal aku sidang KTI. Aku nggak keberatan kalau sidangku dipercepat satu jam supaya dia bisa setelahku tapi sepertinya Dosen Pembimbing ada yang tidak bisa. Aku hoki karena lebih dulu daftar, rupanya ada yang tidak mendapatkan ksesempatan sama. Sepertinya, saat itu ada antara empat atau lima orang yang akan sidang KTI.

Aku minta izin kepada kakak petugas Laboratorium karena mengikuti PKL-nya sampai jam 12 siang atau sebelum shalat Jum’at yang biasanya selesai ba'da Ashar karena akan sidang KTI jam 3 siang nanti, mereka mempersilahkan. Kakak petugas Lab juga terus mengingatkan ‘Sudah jam berapa?’ supaya tidak lupa atau ketinggalan akan jadwal sidang KTI-nya. Mereka juga berpikir kayak ‘Sempat-sempatnya’ mengingat besok lusa kami juga sudah berada di Medan.

Sesampainya di Kampus, tiba-tiba saja aku disambut sebuah peluk dari seorang teman yang selesai sidang KTI jam 9 pagi tadi. Jujur, aku agak canggung juga karena tidak terbiasa terlebih merasa tidak dekat sekali dengannya tapi juga tetap membalas pelukannya. Kupikir setelahnya ,ternyata pelukan itu menyenangkan :>. Dia terlihat sangat bahagia dan lega, aku juga bilang ‘Selamat’ kepadanya dan ia menyemangatiku.

Aku tidak sendiri saat itu karena ada dua teman lainnya juga sidang di jam yang sebelum dan sama denganku tapi beda ruang. Kami saling membantu dari mulai menyiapkan laptop dan proyektor. Hingga tibalah saat sidang KTI-ku berjalan satu jam juga seperti sempro. Aku tahu tidak berjalan dengan lebih baik dari sempro sebelumnya. Ada bagian di mana aku disuruh para Dosen Penguji yang dua di antaranya Pembimbingku, untuk keluar sebentar dari ruang sidang karena mereka mau kompromi apakah bisa meluluskanku atau tidak. Setelah keluar, aku melihat seorang teman selesai sidang karena dia mulainya jam 2 siang tadi. “Nggak apa-apa itu, aku juga tadi disuruh keluar.” Katanya, menenangiku. Setelah itu, aku pun kembali masuk ke ruang sidang setelah dipanggil Dosen. Dalam hati, “Rasanya tidak ingin lagi masuk.’

Syukur Alhamdulillah, aku ‘Lulus’ kata Dosen Penguji, meskipun seperti yang telah kupikirkan nilainya lebih berkurang dari saat sempro tapi juga masih A. Tidak lupa, meminta temanku yang tadi di luar untuk dokumentasi Dosen memakaikan selempang untukku dan kami pun berfoto bersama sebagai kenang-kenangan.

Sebenarnya, aku tidak ingin membesar-besarkan hari itu, karena aku menganggap untuk menyelesaikan salah satu mata kuliah saja. Namun, teman dekatku di Asrama sekaligus sekelas juga memberi hadiah dan aku tidak pernah berekspektasi itu. Teman-teman asrama juga datang ke kampus untuk merayakanku setelah sidang KTI. Memang, sebelumnya karena teman dekatku berkata, “Kamu nggak bilang tiba-tiba besok sidang KTI-nya, itu pun aku tahu dari grup angkatan. Kamu juga nggak undang teman asrama? Sombong, lah.” Aku berpikir, ‘Masa sih sombong?’ Tapi, akhirnya aku kirim juga undangan lewat chat WhatApp ke teman asrama yang sering berinteraksi saja denganku karena malu kirim ke kakak senior. Aku merasa sidang yang akan kulakukan nggak sesempurna itu. Teman dekatku membalas chat, “Akhirnya, dapat juga undangan meskipun tengah malam.” Beserta emoji tertawa. “Karenamu ini.” Balasku. Bahkan, ada yang tiba-tiba menghampiriku yang tengah duduk di Sofa. “Hah, kamu besok sidang ya?!” Katanya. “Iya.” Jawabku, pendek. Terkadang aku berpikir, ‘Mungkin, apa karena aku tidak seheboh mereka ya saat sebelum sidang?’

“Terima kasih ya, karena sudah mau datang. Pakai bawa hadiah segala, jadi terharu.” Kataku kepada teman asrama. “Kan kita merantau, sama-sama di Asrama. Orang tua nggak mungkin datang ke sini, jadi merayakannya bersama teman.” Jawabnya. Tidak lupa kami juga mengambil foto. “Kalau kamu nggak bilang soal ‘undangan’ aku nggak dapat hadiah dan foto kenangan seperti ini.” Kataku kepada teman dekat, dia tersenyum kemenangan.



2 komentar:

  1. Sama. Tim yang mengambil judul tugas akhir yang mudah, supaya cepat selesai. Alhamdulillah kita bisa lulus, ya, Bunga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, walaupun mungkin menurut kamu judul tugas akhirmu mudah tapi pengolahan datanya menurutku nggak semudah itu lho. Jadi, patut diapresiasi banget. Alhamdulillah, bisa lulus Cloudie. Nggak akan bisa sampai seperti ini tanpa do'a dan dukungan semuanya:')

      Hapus