Bismillah … Hai 2024, semoga tahun ini dipenuhi dengan hal-hal baik. Sekarang, aku ingin me-review buku yang pertama kubaca di awal tahun, tepatnya Januari kemarin. Bukunya berjudul KKN : Kuliah Kerja dan Curhat Colongan yang ditulis oleh nama pena Cloud And Shine. Penulisnya merupakan kawanku yang sudah kenal lama kurang lebih enam tahun lalu meskipun secara virtual. Buku ini punya cover yang cantik dengan latar dataran tinggi, beberapa sapi dan alat musik daerah. Penerbitnya adalah Guepedia.
Tema buku ini adalah KKN a.k.a Kuliah Kerja Nyata,
yang seperti kita tahu bukan hal baru dalam dunia fiksi. Setiap KKN memang
memiliki ceritanya sendiri yang unik. Buku ini sendiri bercerita tentang
perjalanan KKN tokoh utama perempuan bernama Cinco atau Cin dengan 18 kawannya
yaitu Ichi, Ni, San, Yon, Go, Roku, Sichi, Hachi, Kyuu, Juu, Uno, Dos, Tres,
Cuatro, Seis, Siete, Ocho dan Nueve yang semua nama disamarkan. Buku ini
menggunakan sudut pandang orang pertama yaitu Cinco yang menempuh kuliah di
Universitas Islam Negeri (UIN) dan melaksanakan KKN selama Juli – Agustus 2022.
BTW, jujur aku agak sulit merasa familiar dengar nama
kawan-kawan Cinco, karena sudah biasa dengan nama dari bahasa Indonesia atau
Arab. Aku jadi bingung yang mana kawan Cinco berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Namun, setelah membaca ceritanya aku jadi tahu Cuatro soalnya sering
muncul sebagai ketua kelompok, Kyuu yang introvert, Ocho pernah menjadi imam
shalat, lalu Sichi karena insiden PDH atau pakaian dinas harian. Rupanya, nama
kawan-kawan Cinco diambil dari angka bahasa Jepang dan Spanyol.
Bisa ditebak, buku ini seperti diary penulisnya dengan
prodi (program studi) ilmu perpustakaan di salah satu kampus daerah Jawa Timur.
Diary ini berisi pengalaman saat mengikuti KKN dengan tema “Moderasi Beragama
dan Pemberdayaan Masyarakat Multisektoral Berbasis Potensi Wisata Lokal.”
Cerita di mulai dengan miss-komunikasi terkait tempat posko KKN, piket masak
hingga konflik terkait kepindahan posko antara anak perempuan. Rupanya program
kerja KKN Cinco juga terlambat dibahas dan ada hari-hari di mana jadwal
prokernya akan padat. Desa tempat Cinco KKN memang mempunyai potensi di bidang
budaya dan kesenian dari cerita banyaknya acara seperti karawitan yaitu seni musik
tradisional Jawa yang menggunakan instrumen gamelan.
Di cover buku terdapat beberapa sapi, tapi dalam
ceritanya aku tidak menemukan banyak bahasan tentang sapi itu. Memang, tugas
UMKM-nya membuat membuat stik susu karena potensi susu sapi tapi sejujurnya aku
ingin mengetahui proses pembuatan makanan itu. Mungkin stik susu itu
kembarannya stik keju (?).
Aku menyesali ada kedekatan antara mahasiswa berumur 20-an
dengan anak SMP yang mungkin belum berumur 15 tahun. Seharusnya sebagai dewasa harus
tegas dengan anak di bawah umur tersebut dan memberitahu kalau perilakunya itu
salah. Aku suka pernyataan Cinco, “Jika kau hanya menganggapnya sebagai ‘adik’ dan
tidak lebih, tolong perjelas bahwa sebenarnya kau tidak menyukainya, karena
jika terus menerus bersikap demikian kepada anak perempuan tersebut pasti akan
menjadi salah paham.”
Aku memaklumi beberapa typo karena ada
penulis yang tanpa peran editor. Itu patut diapreasi. Membaca buku ini jadi
mengenang saat KKN. Di mana mahasiswa yang berbeda
latar belakang, karakter, disatukan bertugas membantu masyarakat desa. Tentu,
konflik sudah pasti ada dan kesalahan juga tak luput dilakukan tapi setelah itu
bagaimana bisa bertanggung jawab memperbaikinya. Padahal, pernah sampai di fase
ingin KKN cepat-cepat selesai hingga akhirnya menyadari masa itu tidak akan terulang kembali.
“Pada dasarnya semua yang kita lalui akan menjadi masa
lalu. Masa lalu tersebut akan menjadi kenangan. Kenangan tersebut tidak bisa kita
lalui lagi. Hanya bisa dikenang dalam hati, bahwa kita pernah melalui masa-masa
itu.” -Cinco.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar