Sabtu, 18 November 2023

Selamat Sempro (Seminar Proposal)

Bismillah, aku mau cerita pengalaman kebahagiaan yang takkan pernah kulupakan. Waktu itu, Jum’at tanggal 03 Februari 2023. Di hari yang berkah dalam islam itu, aku baru tahu ‘Oh jadi seperti ini ya rasanya sempro’, fase yang wajib dilakukan mahasiswa semester akhir pada umumnya. Hari-hari sebelumnya, aku sudah memberitahu ibu buat minta do’a beliau semoga semua dilancarkan dan mendapat nilai yang bagus. Siang itu, seorang teman memintaku untuk membantunya menyiapkan peralatan dan menemaninya saat seminar, aku pun menyanggupinya. Sorenya, setelah berfoto bareng, lalu teringat kalau belum makan siang maka kami berempat pun memesan nasi dengan lauk ayam geprek yang sambalnya sangat enak, Alhamdulillah. Malamnya, aku menemani sahib ke tempat print yang biayanya paling terjangkau untuk mencetak tiga-empat rangkap proposal KTI (karya tulis ilmiah)-nya sebagai tugas akhir mahasiswa diploma tiga (D3).

Ternyata, mencetak banyak lembaran itu menghabiskan banyak waktu dikarenakan kesalahan print atau apalah itu, perhitungan kami kalau akan selesai sebelum jam 10 malam meleset. Akupun menelpon sahib lainnya di asrama, mengatakan aku ga pulang malam ini dan memintanya untuk memasukkan seragam dan jilbabku ke tote bag yang biasa kupakai ke kampus. Tak lupa dengan beberapa rangkap lembaran proposal KTI-ku. Semua itu diletakkan di depan pagar karena jam 10 malam asrama sudah ditutup. Akhirnya, lewat jam 10 malam kami baru selesai print. Sahib yang di asrama menelpon dan menanyakan di mana keberadaan kami. ‘Cepat, nanti barangmu takut diambil orang.’ katanya. (Mungkin maksudnya karena terdapat beberapa botol air mineral dan minuman sari buah). Dalam hati aku menertawakan, ‘Siapalah yang mau mengambil, kan tidak seberapa itu.” Meskipun begitu aku mengiyakannya.

Aku menginap di rumah sahib, terdapat cermin besar di sana. Aku latihan sendiri untuk besok, melihat bagaimana cara bicaraku di depan cermin dan merekam suara. Beberapa hari sebelumnya aku sudah menandai bagian yang penting di lembaran proposal KTI-ku. Menulis di sticky note dan menempelnya di halaman cover depan. Berusaha berpikir kalau seminar proposal tidak sesulit itu, aku sudah belajar sebelumnya, memperkirakan pertanyaan para dosen penguji dan mengetahui jawabannya. Sahib tetangga kamar asrama juga sudah memberitahu do’a memohon kemudahan اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً yang artinya “Ya Allah, tidak ada yang mudah kecuali apa yang Engkau mudahkan, dan Engkau menciptakan kesedihan ketika Engkau berkehendak mudah.” belakangan aku baru tahu kalau itu hadist nabi dan shahih Ibnu Hibban. Juga mengulang-ulangi do’a nabi Musa رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي berarti “Ya Tuhanku, lapangkanlah bagiku dadaku, dan mudahkan bagiku segala urusanku dan lancarkanlah lidahku, supaya mereka memahami kata-kataku.” (Surah Taha: ayat 25-28).

Esoknya setelah menunaikan shalat subuh, aku pun bersiap-siap meski baru memesan kue dengan panggilan telepon yang yang syukur tersedia. Bertanya ke sahib perihal bedak yang ternyata kebetulan habis, hanya ada lip tint. Pagi itu, aku meminjam barang kepunyaan sahib semua, mulai dari almamater yang ukurannya pas, sepatu ukuran kecil yang kupaksa pakai tapi masih agak nyaman juga helm. Ya, aku terlupa semua itu. Pagi itu, aku pun baru membeli bedak bayi ukuran mini, buru-buru men-starter motor untuk mengambil kue pesanan meski ada drama salah masuk jalan untuk ke tokonya sebentar. Setelah itu langsung ke kampus. Aku lega, kulihat seorang teman masih di dalam ruangan seminar jadi aku masih menunggu giliran. Sahib menyusul.

Sampai akhirnya temanku itu selesai, raut mukanya tampak lega dan bahagia. Aku meminjam laptopnya karena ga bawa laptopku yang tidak bisa tersambung dengan kabel infocus milik kampus, syukur dikasih. Penumpang kapalku hanya dua orang, setidaknya aku merasa tidak sendiri, itu lebih dari cukup daripada ramai. Bismillah, aku memulai seminar.

Para dosen penguji tidak menyangka karena suaraku seperti volume full padahal biasanya rendah, ternyata itu menjadi nilai plus. Syukurlah, aku telah mengetahui ini dari situs Quora. Dosen penguji memberi saran mengganti judul sedikit malah mempermudah rencana penelitianku setelah sesi tanya jawab, tentu saja aku menerimanya dengan senang hati. Dosen-dosen itu pun memberi ucapan selamat karena aku lulus sempro. Setelah menyalami para dosen maka selesailah sempro hari itu. Teman-teman mengucapkan selamat.

Beberapa saat kemudian, ada chat WhatsApp yang masuk pada pukul setengah 11 siang dari sahib asrama menanyakan, ‘Apakah aku sudah siap sempronya?’ yang kubalas, ‘Sudah. Alhamdulillah.’ Dia pun menyuruhku untuk cepat pulang yang rupanya untuk mengajak berfoto. Tentu saja aku tidak tertarik. Aku memang tidak ingin seperti memperbesar-besarkan sempro, bukannya lebih penting itu setelah sidang skripsi/KTI? Menurutku, sempro bukan apa-apa karena belum penelitian. Aku merasa, ‘Apa orang kita terlalu banyak merayakan?’ Jadi berujung banyak habis duit kan, apalagi beli hadiah buat teman setelah sempronya. ‘Mending ditabung, buat persiapan penelitian.’ pikirku.  Aku jadi ingat teman yang bilang, ‘Kamu ga mau foto samaku?’ setelah sempronya. Aku memang ga tertarik foto di momen sempro saat itu, kubalas, ‘Nanti saja, pas kamu sidang.’ yang ga juga kulakukan karena ga sempat aku ada urusan lain, lagipula aku ga sepercaya diri itu.

Aku bilang ke sahib asrama, ‘Sore saja fotonya.’ Dan tentu saja diprotesnya. ‘Aku ga sempat foto bareng dosen penguji (seperti kebanyakan teman lain dan menginginkannya juga, tapi syukur sudah pas sidang KTI kemudian). Oh, aku tadi pinjam laptop teman, mau balikin chargernya ketinggalan dan di ruang seminar ada teman yang lain lagi sempro.’ Saat itu sudah pukul 11 siang. Beberapa menit kemudian, setelah aku mengembalikan charger laptop ke pemiliknya, sahib yang rumahnya aku tempati semalam meminta buat menemaninya menyiapkan berkas beasiswa, lalu mengajakku makan siang di rumahnya entah karena kakaknya sahib yang mentraktir makanya aku merasa ga enak (ga baik sering ga enakan). Terpikir, aku pengin menghadiri kajian ke kampus utama sebelum jam 12 siang tapi ga jadi karena baru ingat lupa bawa helm.

Jam 1 siang lewat aku baru tahu ada chat lagi, rupanya masih sahib asrama asyik menyuruhku pulang. Rupanya, aku sudah ditunggu lama mereka dari tadi, Ya Allah, kenapa aku baru sadar!?  Aku pun pamit ke sahib dan kakaknya, di perjalanan melewati jajanan bakso goreng dan memutuskan untuk membelinya. Sesampainya di asrama, ternyata sahib-sahib asrama sudah berpakaian rapi di luar dugaanku mereka yang masih memakai baju rumahan. Aku menawarkan jajanan itu mereka terlihat excited, berarti juga belum makan siang. Ternyata, mereka memberiku dua kotak kue donat. Aku merasa sangat terharu sekaligus bersalah. Tidak menyangka, ternyata mereka begitu peduli. Padahal saat sahib asrama itu sempro, aku ga memberi hadiah apapun.

Setelah shalat zhuhur, sahib menyuruhku untuk bersiap-siap. Mereka terniat sampai pinjam buket bunga kepunyaan kakak asrama segala. Akhirnya, hari itu aku baru punya foto estetik yang pernah ada. Sahib asrama pun me-mostingnya di story Instagram.

Ah, jazakillah khairan (semoga Allah membalas kebaikanmu) ya sahib (teman yang peduli dan perhatian kepada kita). Sungguh, aku ga pernah ekspektasi apa-apa di hari sempro, nothing special. Tapi mereka sudah kasih kejutan itu, aku sungguh ga menyangka. Padahal, aku merasa ga dekat-dekat sekali sama kamu tapi kamu pun mengakuinya. Tapi mereka sudah melakukan ini, hal yang sangat berarti. Mengapresiasi momenku dengan cara mereka. Sungguh, terima kasih banyak semuanya, khususnya Mutia, Indah, Nadia ;’) dan Lutfia yang estetik semoga persahabatan kita semua till Jannah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar