Bismillah. Di awal tahun 2025 ini, saya pengin review novel klasik yang sudah lama selesai dibaca saat tahun kemarin. Hanya saja realisasikan review-nya sekarang karena waktu itu kurang niat, mager (malas gerak), dan takut ga bisa review novel ini. Meskipun saya sudah sering review novel tapi masih ga pede (percaya diri), guys! Padahal kan usaha dulu ya, nulis saja, hasilnya nanti belakangan. Tahun, kemarin jarang banget sih saya nulis di blog ini, postingan ga nyampe sepuluh. Apa kabar ya, my readers? Hahaha, geer (gede rasa) banget kayak punya saja:v ya sudah, cukup curcolnya.
Novel ini
berjudul Nemesis dari penulis Agatha Christie. Penulis dari Britania Raya a.k.a
Inggris ini memang legend dengan novel fiksinya yang sering bercerita
tentang detektif. Penulis kelahiran 1890 dan meninggal di tahun 1976 (86 tahun
semasa hidup) ini bahkan karyanya masih bisa kita nikmati saat ini. Memang
penulis itu abadi ya dalam karyanya, terlebih dia tokoh perempuan yang
mendunia. Sebenarnya, saya sudah lama mendengar nama penulis ini sekitar
delapan atau sembilan tahun yang lalu tapi baru kali ini pengin menyoba membaca
karyanya karena tertarik saat baca blurb di belakang sampulnya. “Biarkan keadilan
mengalir bagaikan arus yang kekal,” Waktu itu lagi lihat-lihat banyak buku yang
ada di rak Gramedia dalam mall kota saya. Mumpung ada duit THR dari
bapak auto beli di malam lebaran itu. Saya nggak langsung sering membacanya,
sering mengulur karena memang tengah nggak mood baca atau alurnya
yang lambat saat di awal terasa bosan menurut saya. Namun, karena sudah
terlanjur dibeli jadi mubadzir kan kalau nggak dibaca terus, hehe. Selesaikanlah
apa yang sudah dilakukan, terlebih itu buku dan kupikir sebagus apa sih tulisan
penulis yang satu ini?
Ternyata
memang nggak diragukan lagi, nggak nyesal lah bacanya. Novel yang terbit pada
tahun 1971 ini bercerita tentang seorang wanita tua bernama Jane Marple yang
biasa dipanggil Miss Marple mendapat surat dari kawannya sebelum meninggal.
Surat itu berisi bahwa dia mesti menyelidiki suatu kasus pembunuhan tapi
kawannya nggak kasih clue yang diperlukan. Bayangkan saja seorang nenek
yang biasanya baca surat kabar saat petang, menderita rematik, merajut, dapat
tugas menjadi detektif untuk mengungkapkan siapa yang terlibat dalam pembunuhan
dan di mana terjadi kejadiannya, siapa yang menyangka? Tapi, Miss Marple lebih
nggak menyangka kalau dia dapat surat itu dari Mr. Rafiel.
Mr. Rafiel
digambarkan punya kepribadian yang kuat, sulit, bahkan kadang-kadang kasar
sekali tapi orang-orang nggak benci itu karena dia luar biasa kayanya. Seseorang
yang mengumpulkan uang banyak sekali sepanjang hidupnya. Sementara, Miss Marple
bukan orang yang kejam, kecuali saat berhadapan dengan keadilan. Dia pernah
membuat seorang anak ketakutan saat mendapatinya menyiksa kucing. Miss Marple
sering berbincang dengan pikirannya, dan mengakrabkan diri dengan orang di sekitar
untuk mendapatkan informasi guna penyelidikannya. Dia bertindak dengan banyak
bertanya dan bicara, suka mencari tahu serta amat berhati-hati.
Miss Marple
bercerita kalau dia bertemu dengan Mr. Rafiel sekali saja di kepulauan Bahama,
yang terletak di Karibia. Mereka hanya sempat sekali-sekali bercakap-cakap, meskipun
begitu Mr. Rafiel mempercayakan tugas berat itu ke Miss Marple dengan imbalan
yang banyak sekali. Dua puluh ribu pound yang jika dirupiahkan pada zaman
itu sekitar dua puluh satu juta rupiah dan lima miliar di tahun sekarang. Meski
Miss Marple sudah berumur tapi uang kan memang tidak bisa disia-siakan di umur
berapapun.
Mulanya sesuai
arahan surat dari Mr. Rafiel, Miss Marple mengikuti sebuah tur “The Famous
Houses and Gardens of Great Britain”, yang berlangsung selama dua atau tiga
minggu. Miss Marple menumpang bus yang berisi enam belas penumpang. Miss Marple
menebak mungkin orang-orang yang ada di dalam bus bisa menjadi bagian petunjuk
dari tugas yang akan dilakukannya. Miss Marple mencatat pengamatannya. Miss Marple
juga menginap di rumah The Old Manor House sepuluh menit dari hotel yang
merupakan instruksi Mr. Rafiel.
Yang saya suka, novel ini mempunyai plot twist. Miss Marple memang cerdas dalam memecahkan kasus misteri ini. Novel ini paripurna dan membuat saya tidak sabar menamatkan beberapa part terakhirnya. Novel ini adalah kaya terakhir dari seorang Agatha Christie di akhir riwayat hidupnya. Kata kawanku yang pernah membaca karya penulis ini, “Agatha suka menulis cerita yang berbelit-belit supaya karakternya kelihatan pintar. Zaman dulu sih cerita detektif itu susah buatnya jadi begitu ada yang buat dan oke ... ya terkenal lah wkwk. Kalau sekarang mah sudah banyak saingan, jadi harus otentik biar laris.” Hm, sudut pandang yang menarik.
Intinya, menurut saya novel ini sangat recommended untuk dibaca untuk pembaca dengan umur di atas 17 tahun, meskipun bahasanya baku dan terkadang butuh waktu lama untuk mencerna. Novel dengan tema cinta, kepercayaan, dan pengkhianatan ini punya pesan moral yang penting bahwa keadilan bisa ditegakkan dari kasus lama yang telah terkubur. Ending-nya memuaskan.
Beberapa quotes
yang kusuka, “Menyedihkan sekali bila seseorang meninggal pada usia muda.
Soalnya banyak yang tak dapat mereka nikmati. Tapi mereka juga terlepas dari
banyaknya kesulitan.”
“Cinta. Itu
adalah salah satu kata yang paling mengerikan di dunia ini.”
“Dalam hidup
ini kita tidak akan berhasil kalau tidak berani mengambil risiko, bila memang
perlu.”
“Karena
kalau cinta kita cukup besar, kita akan bersedia berkorban, meskipun itu akan
menghasilkan kekecewaan atau banyak kesedihan.”
“Kejahatan
yang kejam itu sama dengan kanker—tumor yang ganas. Itu menyebabkan penderitaan.”
“Orang
merasa malu sekali bila harus mengucapkan terima kasih dan memulai hidup baru
lagi.”
“Kebulatan
tekadlah yang membawa keberhasilan, bukan?”
“Menurut
saya, rasa benci bisa hilang. Kita bisa mencoba untuk seolah-olah mempertahankan
rasa benci itu, tapi itu akan gagal. Rasa benci tidak mempunyai kekuatan sekuat
rasa cinta.”
“Seks tidak dapat menggantikan cinta. Seks mengiringi cinta, tapi hanya seks saja tidak akan berhasil. Cinta sama artinya dengan kata-kata yang diucapkan pada misa pernikahan. Dalam senang dan susah, dalam keadaan kaya dan miskin, serta dalam keadaan sakit dan sehat. Itulah yang harus dihadapi seseorang, bila dia mencintai seseorang dan ingin menikah dengannya.”
Penggambaran lingkungan rumah Jane Marple