Minggu, 03 Januari 2021

Hadiah Terbaik

Terkadang, kita tidak peka. Saat kita berencana, Allah juga berencana, tapi Dia selalu tahu yang terbaik untuk hamba-Nya. 

Hari telah pagi, matahari sudah terbit sedari tadi. Seorang gadis berperawakan kurus keluar dari rumah bersama Ibunya. Ia Luvi, siswi kelas 9 SMP yang sekarang tengah mengendarai motor dan membonceng Ibunya sembari bersalawat. Pagi ini mereka ada kegiatan belajar naik motor.

"Coba keliling kota dulu Luvi, pasti belum banyak kendaraan yang lewat." Kata Ibu. 

"Iya Bu."

Suasana masih terasa sejuk, Luvi menarik dan mengembuskan nafasnya perlahan. Ini sangat menenangkan, udara pun belum berpolusi. Ia melihat pemandangan sekitar, di sana ada banyak tempat umum, seperti Toko, Bank, Sekolah, Kantor, dsb. 

Luvi teringat, di Desember yang sama, 15 tahun yang lalu ia telah lahir di dunia ini. Sebelumnya, ia pernah melihat suatu postingan di salah satu media sosial. Ada seorang gadis terkenal yang di hari ulang tahunnya mendapat kesempatan keluar negeri. Luvi berpikir, 'Kapan ya, aku bisa mendapatkan hadiah seperti itu juga?' tapi sudahlah, ia berusaha tak menghiraukan hal itu. 

"Dulu, siapa yang mengajari Ibu naik motor?" Kata Luvi tiba-tiba.

"Ayahmu. Dulu, Ibu ngga bisa juga yang penting PD." Jawab Ibu. "Waktu ibu masih SMEA, Ibu juga pernah belajar naik motor sampai menabrak pagar. Tapi Ibu berpikir, orang saja bisa, kenapa kita enggak." Cerita Ibu. 

Luvi hanya bermanggut-manggut. Ia teringat saudaranya yang selisih 2 tahun daripadanya juga sudah lebih lancar naik motor. Tapi Luvi belum bisa, entah ia yang lambat atau saudaranya itu yang terlalu cepat bisa. Tapi, itu tidak masalah 'kan, yang penting mau belajar. 

"Gimana kalau sekarang kita melewati jalan menuju pantai, di sana kan tembus ke jalan desa."

"Iya Bu." Luvi menurut. 

Luvi membelokkan motornya ke kanan, dan melewati jalan yang sempit. Di sepanjang jalan terdapat pondok untuk wisata ke pantai. Di tempat itu orang-orang berjualan rujak, mie aceh, bakso, dll. Sekarang, Luvi dan Ibunya melewati jalan yang sudah diperlebar. Pantai sudah tidak tampak lagi, kini berganti waduk. 

"Luvi, ayo balik aja. Yuk, ke pasar." Kata Ibu. 

Luvi pun memutarkan motornya 180° entah ia kurang fokus atau lelah, Luvi menarik handle gas dengan kuat dan motor yang mereka naiki menuju ke waduk itu. 

Ibu Luvi berusaha mengerem handle gas, sementara Luvi menarik kunci. Berakhir roda motor menabrak batang kayu yang terletak di pinggir waduk itu.

"Luvi, hampir saja kita nggak ada, waduk itu dalam." 

Luvi terdiam, kemudian menangis. 

"Luvi kalau capek bilang sama Ibu. Kunci yang dicabut di jenis motor kita ni ngga akan membuatnya berhenti." Kata Ibu lagi. "Luvi mau apa, biar ibu beliin. Hari ini Luvi 'kan ulang tahun." 

Luvi menggeleng. Ia sedikit senang Ibu mengingat itu. 

"Gimana ini Bu." Kata Luvi, akhirnya.

"Gapapa, yang penting kita selamat, masih dilindungi Allah."

"Ibu aja yang bawa motornya ya.. Mungkin Luvi capek."

Luvi mengangguk. Tentu, ia tak berpikir ingin mengendarai motor itu sekarang. 

Di perjalanan pulang terlihat Luvi yang dibonceng ibunya. Gadis itu tak bisa membayangkan bagaimana jika mereka jatuh ke waduk tadi. Kecerobohan kecil bisa saja memperburuk. Ah, tadi Luvin gin hadiah di hari ulang tahunnya. Ternyata, Allah telah memberinya, keselamatan. Itu hadiah terbaik yang pernah dimilikinya.