Sabtu, 30 Maret 2024

Kematian Itu Niscaya

Aku nggak pernah menyangka jika mendengar kabar tentang seseorang yang telah meninggal. Padahal aku tahu, kematian adalah niscaya untuk setiap makhluk yang merasakan hidup. Teringat, aku pernah menelpon seseorang meminta bantuannya untuk mencari data proposal KTI-ku dan beliau menyanggupinya. Kepekaan beliau juga pernah menyelamatkanku saat hampir tenggelam. Aku nggak bisa membayangkan kalau saja Allah nggak menolongku melalui perantara beliau waktu itu. Hanya saja, aku nggak berekspektasi kalau beliau dijemput oleh-Nya secepat itu. Memangnya, siapa juga yang tahu kapan seseorang akan meninggal?

Guru favoritku saat SMP juga lama telah berpulang. Aku masih ingat apa yang beliau ceritakan dan bagaimana cara mengajarnya di kelas. Beliau orang Surabaya yang lama di Aceh dan kalau tidak salah punya nomor telepon sudah puluhan tahun dipakai. Aku tahu beliau pernah membeli jajanan risolku saat pentas seni. Beliau juga pernah bilang di depan teman sekelas kalau jawabanku tentang cara kerja ‘Pegadaian’ benar. Banyak teman yang nggak punya jawaban sepertiku karena tidak ada di buku. Ada teman yang bilang, aku mirip dengan beliau karena sukuku juga Jawa.

Guru di waktu SD juga merupakan orang yang ceria tiba-tiba ada masalah pada kesehatannya. Aku pernah mengunjungi ibu itu di RS, beliau terlihat bersikap tegar, asyik bercerita dan masih menyunggingkan senyuman. Entah aku yang berlebihan atau bagaimana, beliau mungkin senang dijenguk lalu mengajak foto bareng dengannya untuk dipamerkan ke ibuku. Beliau sering pindah dan lama di rumah sakit sampai Allah memanggilnya.

Allah Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” QS. Ali Imran: 185.

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” QS. An Nisa’: 78.

Aku pernah memimpikan mereka yang sudah meninggal, rasanya begitu dalam karena aku tidak bisa bertemu dengan mereka lagi saat masih di dunia ini. Entah namanya alam bawah sadar atau apa tapi aku percaya itu datangnya dari Allah. Aku hanya bisa mendo’akan, semoga mereka yang sudah meninggal ditempatkan di tempat yang layak dan terbaik sisi-Nya. Orang-orang baik yang pernah kukenal, semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan. Insya Allah, kami akan menyusulmu.


Lhokseumawe, 19 Februari 2024.

Jumat, 01 Maret 2024

Kutipan Pentingnya Menuntut Ilmu

Bismillah … Aku ingin membagikan kutipan pentingnya menuntut ilmu dalam buku yang pernah kubaca setahun lalu. Aku tahu buku Muslim Hebat: Mengubah Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa oleh Abu Umar Abdillah dari kakak asrama. Aku paham nggak semua orang suka diberi kata-kata motivasi, tapi harapannya kutipan ini bisa memotivasi buat yang membutuhkannya, khususnya aku sendiri. 

"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS al-Mujadalah 11).

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

"Barang siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke jannah." (HR Tirmidzi, beliau mengatakan hadits hasan).

أَخِي لَنْ تَنالَ العِلْمَ الأَبِسِيَّةٍ سَأُنْبِئُكَ تَفْصِيلَهَا بِبَيَانٍ ذَكَاءٍ وَحِرْصِ وَاجْتِهَادٍ وَدِرْهَمٍ وَصُحْبَةِ أُسْتَادٍ وَطُولِ زَمَانٍ

"Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam hal, akan saya jelaskan rinciannya dengan jelas. Dengan kecerdasan (berfikir), tamak terhadap ilmu, kesungguhan, dirham (biaya), berguru kepada ustadz dan waktu yang panjang." -Imam asy-Syafi'i.

"Barangsiapa yang tidak pernah merasakan pahitnya mencari ilmu, niscaya dia akan mengenyam pahitnya menjadi orang bodoh sepanjang hayat." -Imam asy-Syafi'i rahimahullah.

الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدُهُ قَيدْ صُيُؤْدَكَ بِالْجِبَالِ المُؤْثِقَهُ وَمِنَ الجَهَالَةِ أَنْ تَصِيْدَ حَمَامَةً وَتَتْرَكُهَا بَيْنَ الأَوَانِسَ مطلقه

"Ilmu adalah buruan, sedangkan catatan laksana tali pengikat Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat Adalah tindakan bodoh jika Anda menangkap merpati lalu Anda biarkan ia terlepas bersama kawanannya" -Imam asy-Syafi'i.

"Ilmu tidak akan didapat dengan berleha-leha." - Yahya bin Abi Katsier.

"Jika kamu mendengar suatu ilmu maka tulislah, meskipun (jika tak ada kertas) di dinding, itu lebih bagimu, karena suatu saat kamu pasti membutuhkannya." -Imam asy-Sya'bi.

"Segala puji bagi Allah, karena wahyu yang diturunkan pertama kali adalah ayat-ayat yang penuh barakah tersebut. Ini merupakan rahmat, sebagai wujud kasih sayang Allah kepada hamba-Nya." Beliau juga mengatakan, "Terkadang ilmu hadir dengan berfikir, terkadang dengan lisan, dan terkadang dengan tulisan." Lalu beliau menambahkan sebuah atsar, "Ikatlah ilmu dengan catatan." -Ibnu Katsier.

"Carilah hatimu di tiga keadaan; saat mendengarkan al-Qur'an, saat berada di majelis ilmu dan saat menyendiri bermunajat kepada Allah. Jika kamu tidak mendapatkan hatimu di sana, mohonlah kepada Allah untuk memberikan hati untukmu karena kamu tidak memiliki hati." -Abdullah bin Mas'ud.

Syukran katsiran.

Sabtu, 24 Februari 2024

Merasa Menyesal Karena Mengenal Seseorang?

Sebuah tweet dari akun centang biru tertulis, @anyaselalubenar “Kadang suka nyesel nggak sih? Mending nggak usah kenalan sekalian, jadi nggak sedalam itu”.

Aku jadi mikir, itu benar. Aku juga pernah merasakan menyesal mengenal seseorang. Bukan karena dia nggak baik, tapi kenapa akhirnya dia hilang? Itu membuatku sulit melupakan tentangnya. Seharusnya dari awal aku menyadari, bahwa konsekuensi setelah pertemuan itu kepergian. Orang-orang bebas datang dan pergi sesukanya.

“Orang itu sulit dilupakan karena sudah memberi kenangan indah untuk yang pertama kalinya”.

Ya, aku setuju dengan itu. Kenangan itu indah tapi kenapa rasanya bisa menyakitkan? Lantas, apa gunanya kenangan? Bolehkan aku membenci kenangan?

Kata orang, “Pengalaman adalah guru terbaik”. Mungkin, ini semua bisa menjadi pembelajaran untukku. Kalau nggak ketemu dia aku nggak dapat pengetahuan baru. Ya, ambil baiknya saja. Bagaimanapun dia juga pernah baik sama aku. Jadi, terima kasih kesempatannya menjadi bagian yang kuikhlaskan di kehidupan ini. Sebuah bekal untuk aku melangkah lagi.

Aku sendiri juga pernah membuat seseorang menyesali karena pernah mengenalku. Saat mendengar dia mengatakannya, jujur merasa sedih dan ingin marah. Namun, aku jadi tahu “Oh jadi seperti ini rasanya disesali seseorang sebab mengenalku. Begitu juga saat mengatakan ke seseorang kalau aku menyesal mengenalnya, mungkin dia akan merasakan hal yang sama tidak menyenangkan itu.

Teringat, perkataanku ke seseorang, “Aku tidak pernah membayangkan kalau kita bisa saling mengenal.” Yang dijawab, “Tidak usah dipikirkan itu takdir.”

Benar seperti hadist,

كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.

“Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi” HR. Muslim, Thirmidzi dan Abu Dawud.

Semua hal di dunia ini sudah ditakdirkan termasuk saat kita mengenal seseorang. Sebagai seorang muslim/muslimah kita mengimani percaya takdir-Nya. Berikhtiar (memilih dan menentukan) apakah menyesal atau bergembira karena pernah mengenal seseorang.



Minggu, 18 Februari 2024

Cerita Pengalaman Saat Sidang KTI

Bismillah … Sidang KTI (Karya Tulis Ilmiah) itu pada 19 Mei 2023, kurang dari tiga bulan setelah aku seminar proposalnya. Entah takdir atau bagaimana, hari saat sidang KTI itu sama seperti sempro yaitu Jum’at. Namun, jujur di antara kumpulan hari aku memang menyukai Jum’at karena banyak berkahnya dalam Islam. Aku sangat berharap pada-Nya, di hari Jum’at yang berkah bisa membawa kegiatan pentingku berjalan dengan lancar. Kegiatan itu entah kenapa juga berdekatan dengan kegiatan lain yang tidak kalah pentingnya. Seperti waktu itu setelah sempro, Sabtu malamnya ada kegiatan SURAU (Silaturahmi Aneuk Asrama IPAU). Ahad pagi, kami juga mengadakan acaranya di Pantai Lampuuk. Aku ada di sana sampai setengah hari sebelum pamit bersama dua teman seperkuliahan untuk pulang ke Asrama. Besoknya, kami harus ada di Lhokseumawe untuk mata kuliah PPKM. Bukan singkatan dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat karena itu sudah dicabut Presiden saat Desember 2022, tapi ini Praktik Pembangunan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas. Sabtu nantinya juga setelah aku sidang KTI, dari Banda Aceh harus ke Medan untuk mata kuliah PKL (Praktik Kerja Lapangan) di Rumah Sakit.

Data penelitian sudah kulakukan dari Februari. Seperti pepatah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, sembari PPKM di Puskesmas, aku juga melakukan penelitian di sana. Hal itu karena ide Dosen Pembimbing yang baik hati, beliau menyarankan tempat penelitianku di Puskesmas itu. Memang proposal penelitianku di Lhokseumawe, tapi bukan di Puskesmas melainkan di salah satu desa. Namun, sekarang jadi dipermudah, aku merasa bersyukur. Penelitian juga tanpa mengeluarkan biaya karena menggunakan fasilitas Puskesmas dan dilakukan selama kami PPKM yaitu dua pekan.

Jujur judulku sangat mudah, karena aku sangat menyadari kalau bukan orang yang pintar-pintar amat. Sering aku merasa tidak percaya diri saat ditanya apa judulku, selalu bilang juga ‘Judulku mudah’. Sama sekali tidak ada niat untuk sombong karena seperti kata kakak sepupu “Untuk apa sombong, apa pula yang disombongkan”. Menurutku juga, yang penting aku suka dengan mata kuliah: Kimia Klinik terkait penelitiannya. Aku pernah dengar kalimat, ‘Skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai. Skripsi juga nggak akan mengubah dunia, ya setidaknya sampai sejauh itu. Lalu, akan berakhir lama di Perpustakaan’. Teman KKL (Kuliah Kerja Lapangan) program studi Keperawatan yang pertama kali kukenal saat bulan Maret juga bilang judulku mudah. Dia bilang, judul yang ia punya juga mudah karena tentang ‘Jiwa’ atau bisa dibilang bagian dari Psikologi karena memang banyak diminati mahasiswa di prodinya. Aku setuju dengannya karena berpikir kalau di prodiku juga banyak mahasiswa yang nilainya tinggi  dan sangat pintar tapi mengambil judul yang mudah. Aku nggak tahu alasannya, mungkin karena mau praktis saja ya sepertiku, tapi ada juga mereka yang mengambil judulnya susah. Susah karena penelitiannya membutuhkan banyak prosedur, waktu dan biaya untuk dilakukan. Salut kepada penelitian mereka, belum tentu aku bisa mengerti dan melakukan itu meskipun kami seprodi.

Aku banyak dibimbing oleh Dosen pada bulan April, tepatnya pada bulan Ramadhan. Di saat banyak Muslim dan Muslimah lainnya fokus beribadah aku selalu berkutat pada laptop. Hal yang paling kusukai saat itu adalah Shalat Tarawih di Masjid. Kapan lagi perempuan khususnya aku bisa shalat berjamaah di Masjid selain saat bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri serta Adha. Soalnya seperti hadits, perempuan baiknya shalat di rumah. Jujur, di Masjid aku merasa sangat tenang dan damai, aku tidak perlu memikirkan tentang dunia selama di sana. Aku bersyukur, letak Asrama dekat dengan Masjid sehingga aku bebas berjalan kaki dari qabla Isya sampai ba’da tarawihnya pukul 10 malam karena 20 rakaat. Meski, kata Ustadz shalat ba’diyah Isya lebih besar pahalanya daripada tarawih.

Kata temanku, sebenarnya kalau lebih berusaha lagi aku bisa sidang KTI di bulan April karena memang penelitian sudah siap dan tidak banyak revisi lagi, meskipun setelah sidang kemudian catatan saran terisi penuh. Mereka yang sidang KTI saat Ramadhan memang bagus karena bisa selesai sebuah tanggung jawab, bahkan saat lebaran nanti tidak ada beban pikiran. Aku sendiri memang tidak ingin terburu-buru tapi punya target harus bisa sidang KTI sebelum PKL di luar kota dan syukur Alhamdulillah tercapai.

Hari itu, berakhir pula kami PKL selama tiga pekan di RS : Kelas A Pendidikan, hari yang sama aku sidang KTI. Sebelumnya, seorang teman yang dosen pembimbingnya sama denganku juga ingin daftar sidang saat hari di mana jadwal aku sidang KTI. Aku nggak keberatan kalau sidangku dipercepat satu jam supaya dia bisa setelahku tapi sepertinya Dosen Pembimbing ada yang tidak bisa. Aku hoki karena lebih dulu daftar, rupanya ada yang tidak mendapatkan ksesempatan sama. Sepertinya, saat itu ada antara empat atau lima orang yang akan sidang KTI.

Aku minta izin kepada kakak petugas Laboratorium karena mengikuti PKL-nya sampai jam 12 siang atau sebelum shalat Jum’at yang biasanya selesai ba'da Ashar karena akan sidang KTI jam 3 siang nanti, mereka mempersilahkan. Kakak petugas Lab juga terus mengingatkan ‘Sudah jam berapa?’ supaya tidak lupa atau ketinggalan akan jadwal sidang KTI-nya. Mereka juga berpikir kayak ‘Sempat-sempatnya’ mengingat besok lusa kami juga sudah berada di Medan.

Sesampainya di Kampus, tiba-tiba saja aku disambut sebuah peluk dari seorang teman yang selesai sidang KTI jam 9 pagi tadi. Jujur, aku agak canggung juga karena tidak terbiasa terlebih merasa tidak dekat sekali dengannya tapi juga tetap membalas pelukannya. Kupikir setelahnya ,ternyata pelukan itu menyenangkan :>. Dia terlihat sangat bahagia dan lega, aku juga bilang ‘Selamat’ kepadanya dan ia menyemangatiku.

Aku tidak sendiri saat itu karena ada dua teman lainnya juga sidang di jam yang sebelum dan sama denganku tapi beda ruang. Kami saling membantu dari mulai menyiapkan laptop dan proyektor. Hingga tibalah saat sidang KTI-ku berjalan satu jam juga seperti sempro. Aku tahu tidak berjalan dengan lebih baik dari sempro sebelumnya. Ada bagian di mana aku disuruh para Dosen Penguji yang dua di antaranya Pembimbingku, untuk keluar sebentar dari ruang sidang karena mereka mau kompromi apakah bisa meluluskanku atau tidak. Setelah keluar, aku melihat seorang teman selesai sidang karena dia mulainya jam 2 siang tadi. “Nggak apa-apa itu, aku juga tadi disuruh keluar.” Katanya, menenangiku. Setelah itu, aku pun kembali masuk ke ruang sidang setelah dipanggil Dosen. Dalam hati, “Rasanya tidak ingin lagi masuk.’

Syukur Alhamdulillah, aku ‘Lulus’ kata Dosen Penguji, meskipun seperti yang telah kupikirkan nilainya lebih berkurang dari saat sempro tapi juga masih A. Tidak lupa, meminta temanku yang tadi di luar untuk dokumentasi Dosen memakaikan selempang untukku dan kami pun berfoto bersama sebagai kenang-kenangan.

Sebenarnya, aku tidak ingin membesar-besarkan hari itu, karena aku menganggap untuk menyelesaikan salah satu mata kuliah saja. Namun, teman dekatku di Asrama sekaligus sekelas juga memberi hadiah dan aku tidak pernah berekspektasi itu. Teman-teman asrama juga datang ke kampus untuk merayakanku setelah sidang KTI. Memang, sebelumnya karena teman dekatku berkata, “Kamu nggak bilang tiba-tiba besok sidang KTI-nya, itu pun aku tahu dari grup angkatan. Kamu juga nggak undang teman asrama? Sombong, lah.” Aku berpikir, ‘Masa sih sombong?’ Tapi, akhirnya aku kirim juga undangan lewat chat WhatApp ke teman asrama yang sering berinteraksi saja denganku karena malu kirim ke kakak senior. Aku merasa sidang yang akan kulakukan nggak sesempurna itu. Teman dekatku membalas chat, “Akhirnya, dapat juga undangan meskipun tengah malam.” Beserta emoji tertawa. “Karenamu ini.” Balasku. Bahkan, ada yang tiba-tiba menghampiriku yang tengah duduk di Sofa. “Hah, kamu besok sidang ya?!” Katanya. “Iya.” Jawabku, pendek. Terkadang aku berpikir, ‘Mungkin, apa karena aku tidak seheboh mereka ya saat sebelum sidang?’

“Terima kasih ya, karena sudah mau datang. Pakai bawa hadiah segala, jadi terharu.” Kataku kepada teman asrama. “Kan kita merantau, sama-sama di Asrama. Orang tua nggak mungkin datang ke sini, jadi merayakannya bersama teman.” Jawabnya. Tidak lupa kami juga mengambil foto. “Kalau kamu nggak bilang soal ‘undangan’ aku nggak dapat hadiah dan foto kenangan seperti ini.” Kataku kepada teman dekat, dia tersenyum kemenangan.



Sabtu, 17 Februari 2024

Beberapa Lagu Religi yang Kusukai dan Menginspirasi

Kalau pertama kali mendengar lagu, kamu fokus ke lirik atau nadanya? Yeah, apapun itu setiap lagu pasti punya tempat tersendiri di pendengarnya. Bahkan, ada yang memasukkan seseorang ke dalam lagu. Jadi, saat mendengar lagu tertentu ia jadi merasa flashback, mengenang masa lalu dan gagal move on deh wkwk. BTW jujur, sebenarnya aku sendiri tidak ingin menjadi orang yang terlalu berlarut dalam lagu karena takut lalai. Namun, nggak bisa aku pungkiri banyak lagu bagus yang liriknya mengajak pesan kebaikan, seperti lagu genre religi. Lirik indah yang bisa menggerakkan semangat seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana. Berikut beberapa lagu religi yang kusukai dan menginspirasi.


1.     1. Muhasabah Cinta – Edcoustic

Lirik dalam lagu ini menceritakan tentang seseorang yang diberi ujian berupa sakit, ia merasa sangat lemah dan menyadari ternyata sehat adalah sesungguhnya nikmat. Ia intropeksi diri kalau sebelumnya kurang akan rasa syukur. Kini, ia memohon ampun atas salahnya, berharap cinta-Nya dan tawakal. Meminta diberi kekuatan dan jika meninggal dipertemukan dengan Ilahi. Sepotong lirik,

“Tuhan baru kusadar

Indah nikmat sehat itu

Tak pandai aku bersyukur

Kini kuharapkan cinta-Mu

Kata-kata cinta terucap indah

Mengalir berzikir di kidung doaku

Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku.” TKP

 

Edcoustic, grup nasyid dari Bandung pada tahun 2002 dan lagu ini dirilis tahun 2008. Salah satu personilnya Aden yang juga merupakan penulis lirik lagu ‘Ketika Cinta Bertasbih – Melly Goeslaw feat. Amee’, telah meninggal. Al Fatihah buat beliau.

 

2.     2. Seharusnya Terlambat (OST. Jangan Buat Aku Berdosa)

Lirik dalam lagu ini bercerita tentang seorang Muslimah yang tengah menyukai lawan jenisnya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan itu, tapi seharusnya perasaan tersebut tidak terlalu terbawa di luar ikatan halal sehingga bisa menimbukan dosa. Muslima ini tidak menyalahkan orang yang membuat ia jatuh hati dan perasaan yang di luar kendalinya. Pada akhirnya Tuhan yang tahu bersama siapa takdirnya.

“Tak sepenuhnya salahmu

Hatiku lemah jauh darinya

Menahan takdir kedatanganmu

Bukan kuasaku

Meski kadang tak rela

Cintamu seharusnya terlambat

Pada siapa hati kan halal

Tuhan yang tahu.” TKP

 

Soundtrack ini dari film Jangan Buat Aku Berdosa yang kurekomendasikan banget untuk ditonton. Tentang nggak boleh pacaran, pentingnya jilbab syar’i dan mesti mengikhlaskan. TKP

 

3.     3. Menuju Syurga Mu – El Banat

Cerita dalam lirik lagu ini yaitu seseorang yang merasa hampa bila jauh dari Tuhan. Cobaan yang datang di dalam hidup, membuatnya menguatkan hati. Ia juga berharap Tuhan membimbingnya menjadi hamba yang menuju surga-Nya.

“Kubuka lembaran baru, kukuatkan ketaatan

Teriring tobat keinsyafan

Oh Tuhan bimbinglah kami ini menjadi hamba sejati

Menuju syurga Mu.”  TKP

 

Lagu ini dipublikasikan pada tahun 2017 oleh El Banat, yang keempat anggotanya dari SMAIT Jambi. 

 

4.     4. Jangan Salahkan Hijabku – Shohibatussaufa

Seperti judulnya, lirik dalam lagu ini menegaskan untuk jangan menyalahkan hijab seorang Muslimah bila tingkah lakunya salah atau ada perkataan yang menyakiti hati. Muslima ini memakai hijab karena mengikuti perintah Allah dan bukti cinta pada-Nya meskipun, sembari proses belajar untuk mengubah tingkah lakunya menjadi lebih baik. Muslimah bisa saja salah tapi hijab itu nggak pernah salah.

“Jangan, jangan, jangan salahkan hijabku kalau begitu

Aku terus-terus belajar untuk ubah tingkah laku

Berhijab caraku untuk lebih baik

Muslimah terbaik sudah tentulah berhijab.” TKP

 

Mungkin untuk saat ini segitu dulu, insyaAllah kalau ada lagi kutambahkan.

Jumat, 02 Februari 2024

Review Buku KKN : Kuliah Kerja dan Curhat Colongan - Cloud And Shine

Bismillah … Hai 2024, semoga tahun ini dipenuhi dengan hal-hal baik. Sekarang, aku ingin me-review buku yang pertama kubaca di awal tahun, tepatnya Januari kemarin. Bukunya berjudul KKN : Kuliah Kerja dan Curhat Colongan yang ditulis oleh nama pena Cloud And Shine. Penulisnya merupakan kawanku yang sudah kenal lama kurang lebih enam tahun lalu meskipun secara virtual. Buku ini punya cover yang cantik dengan latar dataran tinggi, beberapa sapi dan alat musik daerah. Penerbitnya adalah Guepedia.

Tema buku ini adalah KKN a.k.a Kuliah Kerja Nyata, yang seperti kita tahu bukan hal baru dalam dunia fiksi. Setiap KKN memang memiliki ceritanya sendiri yang unik. Buku ini sendiri bercerita tentang perjalanan KKN tokoh utama perempuan bernama Cinco atau Cin dengan 18 kawannya yaitu Ichi, Ni, San, Yon, Go, Roku, Sichi, Hachi, Kyuu, Juu, Uno, Dos, Tres, Cuatro, Seis, Siete, Ocho dan Nueve yang semua nama disamarkan. Buku ini menggunakan sudut pandang orang pertama yaitu Cinco yang menempuh kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) dan melaksanakan KKN selama Juli – Agustus 2022.

BTW, jujur aku agak sulit merasa familiar dengar nama kawan-kawan Cinco, karena sudah biasa dengan nama dari bahasa Indonesia atau Arab. Aku jadi bingung yang mana kawan Cinco berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Namun, setelah membaca ceritanya aku jadi tahu Cuatro soalnya sering muncul sebagai ketua kelompok, Kyuu yang introvert, Ocho pernah menjadi imam shalat, lalu Sichi karena insiden PDH atau pakaian dinas harian. Rupanya, nama kawan-kawan Cinco diambil dari angka bahasa Jepang dan Spanyol.

Bisa ditebak, buku ini seperti diary penulisnya dengan prodi (program studi) ilmu perpustakaan di salah satu kampus daerah Jawa Timur. Diary ini berisi pengalaman saat mengikuti KKN dengan tema “Moderasi Beragama dan Pemberdayaan Masyarakat Multisektoral Berbasis Potensi Wisata Lokal.” Cerita di mulai dengan miss-komunikasi terkait tempat posko KKN, piket masak hingga konflik terkait kepindahan posko antara anak perempuan. Rupanya program kerja KKN Cinco juga terlambat dibahas dan ada hari-hari di mana jadwal prokernya akan padat. Desa tempat Cinco KKN memang mempunyai potensi di bidang budaya dan kesenian dari cerita banyaknya acara seperti karawitan yaitu seni musik tradisional Jawa yang menggunakan instrumen gamelan.

Di cover buku terdapat beberapa sapi, tapi dalam ceritanya aku tidak menemukan banyak bahasan tentang sapi itu. Memang, tugas UMKM-nya membuat membuat stik susu karena potensi susu sapi tapi sejujurnya aku ingin mengetahui proses pembuatan makanan itu. Mungkin stik susu itu kembarannya stik keju (?).

Aku menyesali ada kedekatan antara mahasiswa berumur 20-an dengan anak SMP yang mungkin belum berumur 15 tahun. Seharusnya sebagai dewasa harus tegas dengan anak di bawah umur tersebut dan memberitahu kalau perilakunya itu salah. Aku suka pernyataan Cinco, “Jika kau hanya menganggapnya sebagai ‘adik’ dan tidak lebih, tolong perjelas bahwa sebenarnya kau tidak menyukainya, karena jika terus menerus bersikap demikian kepada anak perempuan tersebut pasti akan menjadi salah paham.”

Aku memaklumi beberapa typo karena ada penulis yang tanpa peran editor. Itu patut diapreasi. Membaca buku ini jadi mengenang saat KKN. Di mana mahasiswa yang berbeda latar belakang, karakter, disatukan bertugas membantu masyarakat desa. Tentu, konflik sudah pasti ada dan kesalahan juga tak luput dilakukan tapi setelah itu bagaimana bisa bertanggung jawab memperbaikinya. Padahal, pernah sampai di fase ingin KKN cepat-cepat selesai hingga akhirnya menyadari masa itu tidak akan terulang kembali.

“Pada dasarnya semua yang kita lalui akan menjadi masa lalu. Masa lalu tersebut akan menjadi kenangan. Kenangan tersebut tidak bisa kita lalui lagi. Hanya bisa dikenang dalam hati, bahwa kita pernah melalui masa-masa itu.” -Cinco.

Sabtu, 18 November 2023

Selamat Sempro (Seminar Proposal)

Bismillah, aku mau cerita pengalaman kebahagiaan yang takkan pernah kulupakan. Waktu itu, Jum’at tanggal 03 Februari 2023. Di hari yang berkah dalam islam itu, aku baru tahu ‘Oh jadi seperti ini ya rasanya sempro’, fase yang wajib dilakukan mahasiswa semester akhir pada umumnya. Hari-hari sebelumnya, aku sudah memberitahu ibu buat minta do’a beliau semoga semua dilancarkan dan mendapat nilai yang bagus. Siang itu, seorang teman memintaku untuk membantunya menyiapkan peralatan dan menemaninya saat seminar, aku pun menyanggupinya. Sorenya, setelah berfoto bareng, lalu teringat kalau belum makan siang maka kami berempat pun memesan nasi dengan lauk ayam geprek yang sambalnya sangat enak, Alhamdulillah. Malamnya, aku menemani sahib ke tempat print yang biayanya paling terjangkau untuk mencetak tiga-empat rangkap proposal KTI (karya tulis ilmiah)-nya sebagai tugas akhir mahasiswa diploma tiga (D3).

Ternyata, mencetak banyak lembaran itu menghabiskan banyak waktu dikarenakan kesalahan print atau apalah itu, perhitungan kami kalau akan selesai sebelum jam 10 malam meleset. Akupun menelpon sahib lainnya di asrama, mengatakan aku ga pulang malam ini dan memintanya untuk memasukkan seragam dan jilbabku ke tote bag yang biasa kupakai ke kampus. Tak lupa dengan beberapa rangkap lembaran proposal KTI-ku. Semua itu diletakkan di depan pagar karena jam 10 malam asrama sudah ditutup. Akhirnya, lewat jam 10 malam kami baru selesai print. Sahib yang di asrama menelpon dan menanyakan di mana keberadaan kami. ‘Cepat, nanti barangmu takut diambil orang.’ katanya. (Mungkin maksudnya karena terdapat beberapa botol air mineral dan minuman sari buah). Dalam hati aku menertawakan, ‘Siapalah yang mau mengambil, kan tidak seberapa itu.” Meskipun begitu aku mengiyakannya.

Aku menginap di rumah sahib, terdapat cermin besar di sana. Aku latihan sendiri untuk besok, melihat bagaimana cara bicaraku di depan cermin dan merekam suara. Beberapa hari sebelumnya aku sudah menandai bagian yang penting di lembaran proposal KTI-ku. Menulis di sticky note dan menempelnya di halaman cover depan. Berusaha berpikir kalau seminar proposal tidak sesulit itu, aku sudah belajar sebelumnya, memperkirakan pertanyaan para dosen penguji dan mengetahui jawabannya. Sahib tetangga kamar asrama juga sudah memberitahu do’a memohon kemudahan اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً yang artinya “Ya Allah, tidak ada yang mudah kecuali apa yang Engkau mudahkan, dan Engkau menciptakan kesedihan ketika Engkau berkehendak mudah.” belakangan aku baru tahu kalau itu hadist nabi dan shahih Ibnu Hibban. Juga mengulang-ulangi do’a nabi Musa رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي berarti “Ya Tuhanku, lapangkanlah bagiku dadaku, dan mudahkan bagiku segala urusanku dan lancarkanlah lidahku, supaya mereka memahami kata-kataku.” (Surah Taha: ayat 25-28).

Esoknya setelah menunaikan shalat subuh, aku pun bersiap-siap meski baru memesan kue dengan panggilan telepon yang yang syukur tersedia. Bertanya ke sahib perihal bedak yang ternyata kebetulan habis, hanya ada lip tint. Pagi itu, aku meminjam barang kepunyaan sahib semua, mulai dari almamater yang ukurannya pas, sepatu ukuran kecil yang kupaksa pakai tapi masih agak nyaman juga helm. Ya, aku terlupa semua itu. Pagi itu, aku pun baru membeli bedak bayi ukuran mini, buru-buru men-starter motor untuk mengambil kue pesanan meski ada drama salah masuk jalan untuk ke tokonya sebentar. Setelah itu langsung ke kampus. Aku lega, kulihat seorang teman masih di dalam ruangan seminar jadi aku masih menunggu giliran. Sahib menyusul.

Sampai akhirnya temanku itu selesai, raut mukanya tampak lega dan bahagia. Aku meminjam laptopnya karena ga bawa laptopku yang tidak bisa tersambung dengan kabel infocus milik kampus, syukur dikasih. Penumpang kapalku hanya dua orang, setidaknya aku merasa tidak sendiri, itu lebih dari cukup daripada ramai. Bismillah, aku memulai seminar.

Para dosen penguji tidak menyangka karena suaraku seperti volume full padahal biasanya rendah, ternyata itu menjadi nilai plus. Syukurlah, aku telah mengetahui ini dari situs Quora. Dosen penguji memberi saran mengganti judul sedikit malah mempermudah rencana penelitianku setelah sesi tanya jawab, tentu saja aku menerimanya dengan senang hati. Dosen-dosen itu pun memberi ucapan selamat karena aku lulus sempro. Setelah menyalami para dosen maka selesailah sempro hari itu. Teman-teman mengucapkan selamat.

Beberapa saat kemudian, ada chat WhatsApp yang masuk pada pukul setengah 11 siang dari sahib asrama menanyakan, ‘Apakah aku sudah siap sempronya?’ yang kubalas, ‘Sudah. Alhamdulillah.’ Dia pun menyuruhku untuk cepat pulang yang rupanya untuk mengajak berfoto. Tentu saja aku tidak tertarik. Aku memang tidak ingin seperti memperbesar-besarkan sempro, bukannya lebih penting itu setelah sidang skripsi/KTI? Menurutku, sempro bukan apa-apa karena belum penelitian. Aku merasa, ‘Apa orang kita terlalu banyak merayakan?’ Jadi berujung banyak habis duit kan, apalagi beli hadiah buat teman setelah sempronya. ‘Mending ditabung, buat persiapan penelitian.’ pikirku.  Aku jadi ingat teman yang bilang, ‘Kamu ga mau foto samaku?’ setelah sempronya. Aku memang ga tertarik foto di momen sempro saat itu, kubalas, ‘Nanti saja, pas kamu sidang.’ yang ga juga kulakukan karena ga sempat aku ada urusan lain, lagipula aku ga sepercaya diri itu.

Aku bilang ke sahib asrama, ‘Sore saja fotonya.’ Dan tentu saja diprotesnya. ‘Aku ga sempat foto bareng dosen penguji (seperti kebanyakan teman lain dan menginginkannya juga, tapi syukur sudah pas sidang KTI kemudian). Oh, aku tadi pinjam laptop teman, mau balikin chargernya ketinggalan dan di ruang seminar ada teman yang lain lagi sempro.’ Saat itu sudah pukul 11 siang. Beberapa menit kemudian, setelah aku mengembalikan charger laptop ke pemiliknya, sahib yang rumahnya aku tempati semalam meminta buat menemaninya menyiapkan berkas beasiswa, lalu mengajakku makan siang di rumahnya entah karena kakaknya sahib yang mentraktir makanya aku merasa ga enak (ga baik sering ga enakan). Terpikir, aku pengin menghadiri kajian ke kampus utama sebelum jam 12 siang tapi ga jadi karena baru ingat lupa bawa helm.

Jam 1 siang lewat aku baru tahu ada chat lagi, rupanya masih sahib asrama asyik menyuruhku pulang. Rupanya, aku sudah ditunggu lama mereka dari tadi, Ya Allah, kenapa aku baru sadar!?  Aku pun pamit ke sahib dan kakaknya, di perjalanan melewati jajanan bakso goreng dan memutuskan untuk membelinya. Sesampainya di asrama, ternyata sahib-sahib asrama sudah berpakaian rapi di luar dugaanku mereka yang masih memakai baju rumahan. Aku menawarkan jajanan itu mereka terlihat excited, berarti juga belum makan siang. Ternyata, mereka memberiku dua kotak kue donat. Aku merasa sangat terharu sekaligus bersalah. Tidak menyangka, ternyata mereka begitu peduli. Padahal saat sahib asrama itu sempro, aku ga memberi hadiah apapun.

Setelah shalat zhuhur, sahib menyuruhku untuk bersiap-siap. Mereka terniat sampai pinjam buket bunga kepunyaan kakak asrama segala. Akhirnya, hari itu aku baru punya foto estetik yang pernah ada. Sahib asrama pun me-mostingnya di story Instagram.

Ah, jazakillah khairan (semoga Allah membalas kebaikanmu) ya sahib (teman yang peduli dan perhatian kepada kita). Sungguh, aku ga pernah ekspektasi apa-apa di hari sempro, nothing special. Tapi mereka sudah kasih kejutan itu, aku sungguh ga menyangka. Padahal, aku merasa ga dekat-dekat sekali sama kamu tapi kamu pun mengakuinya. Tapi mereka sudah melakukan ini, hal yang sangat berarti. Mengapresiasi momenku dengan cara mereka. Sungguh, terima kasih banyak semuanya, khususnya Mutia, Indah, Nadia ;’) dan Lutfia yang estetik semoga persahabatan kita semua till Jannah.