Jumat, 10 Mei 2024

Review Novel Yang Telah Lama Pergi - Tere Liye

Bismillah, aku ingin me-review sebuah novel yang berjudul Yang Telah Lama Pergi oleh Tere Liye. Sedikit intermezzo, alasan kenapa aku suka review novel itu supaya ga mudah lupa dengan alur ceritanya. Aku juga pernah dengar istilah “Baca elit, review sulit” sebenarnya sih it’s okay kalau mau baca saja tanpa review, kan itu hak prerogatif ya.

Cerita bermula ketika Al Mas’ud sang pengembara dari Baghdad, pembuat peta yang ditangkap para perompak di kapal. Ia tengah diadili sebelum dihukum karena dikira merupakan mata-mata kerajaan. Ia selamat karena Biksu Tsing yang punya hubungan baik dengan pimpinan bajak laut Selat Malaka, Raja Perompak.

Raja Perompak bernama Remasut dan mempunyai penasihat arif bernama Pembayun. Pada umumnya, Perompak itu mudah membunuh dan menjarah harta benda milik orang lain. Remasut memiliki visi berbeda, dia berhasil menyatukan para perompak. Mereka memang masih memenggal kepala lawannya, tapi mendahulukan proses pengadilan di geladak kapal untuk memberikan kesempatan lawan membela diri. Raja Perompak mengumpulkan kelompok kapal suku ‘Orang Laut’ yaitu suku Lambri dan Visayan. Raja Perompak juga memiliki keempat Hulubalang serta tabib, koki, hakim bahkan pemusik.

Remasut tentu memiliki peristiwa di masa lalu yang menjadi motivasi terbesar di hidupnya dan menjadikan dia seperti sekarang. Peristiwa itu diceritakan oleh Pembayun. Jadilah Mas’ud berada di kapal perompak sekarang, menjadi penasihat muda. Mas’ud juga berlatih pedang dengan samurai, Emishi. Raja Perompak berniat menyerang Kerajaan Sriwijaya dan hal pertama yang ia lakukan justru strategi untuk melumpuhkan armada kerajaannya terlebih dahulu dari utara, timur, barat dan selatan. Remasut juga meruntuhkan benteng Kota Panai yang dekat dengan kerajaan tanpa menyakiti penduduknya dari solusi Mas’ud.

Cerita ini memiliki plot twist, terutama di bagian ending. Gaya narasinya mudah dipahami. Novel ini memiliki banyak kelebihan terutama di bagian strategi bertempur. Kekurangannya, karakter dibuat seakan terlalu sempurna bahkan tidak manusiawi atau bahasa sekarangnya OP (Overpowered). Pesan moral banyak terdapat dalam quotes yang tertera.

"Tubuhmu kurang turun, agar saat maju atau mundur kepalamu tetap stabil. Kakimu terlalu lebar, bahkan kambing bisa berlarian di bawahnya. Setiap pemain pedang yang lihai, dia memiliki kuda-kuda yang kokoh." -Emishi.

"Agar perompak lain menghormatimu. Respek tidak diberikan gratis, Al Baghdadi. Kamu harus mendapatkannya sendiri dengan bertarung. Raja Perompak memberikanmu kesempatan terbaik." -Emishi.

"Perompak mungkin saja tidak pernah punya niat baik, Al Baghdadi. Mereka hanya tahu soal menjarah, merampok. Tapi kadang kala, saat sesuatu yang terlihat kejam, jahat terjadi, boleh jadi ada kebaikan di dalamnya. Hikmah, bukankah begitu bangsa kalian menyebutnya? Ada hikmahnya." -Pembayun.

Aku tahu kenapa Biksu Tsing menyelamatkanmu, Al Baghdadi.... Dia tahu, kamu bukan hanya pembuat peta. Kamu memiliki sesuatu yang dibutuhkan dalam rencana ini. Kamu peduli. Dan kamu berani menunjukkan kepedulian itu. Lihatlah, kamu nekat melawan Raja Perompak. Bahkan Hulubalang terkencing-kencing jika Raja Perompak membentak seperti tadi. Kamu tidak. Kamu memang takut, wajahmu pucat pasi, tapi demi penduduk Kota Panai, kamu menyingkirkan rasa takut itu. Bukankah itu yang terjadi tadi?" Pembayun.

"Untuk mempercepat prosesnya, mereka juga menggunakan strategi menghasut. Itu trik kuno yang licik. Tapi siapa yang akan meributkan moralitas? Semua sah dilakukan saat perang."

Raja Perompak, di antara mitos, legenda, cerita-cerita hebat tentangnya, dia tetap seorang manusia. Dan hari ini, dia kehilangan sepupunya, satu-satunya keluarga yang dia miliki di muka bumi. Dia memang Raja Perompak, memimpin ribuan perompak yang suka menjarah, membunuh, penjahat. Namun di dalam dirinya, dia tetaplah manusia yang punya perasaan. Masih ada kebaikan di sana. Siapa yang lebih mulia dari raja-raja munafik. Seolah-olah mulia, seolah-olah dia peduli pada rakyat, namun kenyataannya dia egois dan jahat."

"Rencana yang matang, persiapan yang matang, adalah kunci memenangkan pertempuran besar."

"Kamu akan membahayakan dirimu sendiri di luar sana, Al Baghdadi. Kamu akan terlempar oleh ombak. Sekali kamu masuk laut, nasibmu tamat. Aku tidak mau kehilangan temanku." -Pembayun.

"Aku tahu hidupmu penuh dengan ujian. Kegagalan. Kehilangan. Rasa sakit. Kecewa. Marah. Datang silih berganti. Tapi ketahuilah, kamu bukan lagi anak kecil yang terapung-apung sendirian di atas gentong kayu. Kamu sekarang adalah pemuda cerdas, berpengetahuan, berani, dan pandai bertarung. Semua masa lalu itu. Semua kehilangan. Rasa sakit. Peluk erat-erat, Remasut. Karena kalau pun kita kehilangan, gagal, tidak mendapatkan apa pun, kita tetap memperoleh sesuatu yang spesial. Menemukan sesuatu yang berharga. Pelajaran. Dan boleh jadi itulah yang penting dan abadi. Atau boleh jadi, itulah yang sedang membentuk karakter, masa depanmu. Kamu sedang disiapkan untuk sesuatu yang besar tadi. Aku percaya, suatu saat, kamu akan menemukan ketenang lan hidup, Remasut. Atau setidaknya, tahu pasti apa yang akan kamu lakukan....." -Tsing.

"Aku melatihmu untuk mampu bertahan atas serangan sesulit apa pun. Dan itu sangat penting. Ingatlah, samurai terbaik di dunia adalah samurai yang bahkan tidak pernah memulai menghunuskan pedang lebih dulu. Dia hanya bertahan. Dia mungkin akhirnya membunuh lawan, tapi dia bertahan. Itulah yang sedang kuajarkan kepadamu, Al Baghdadi. Agar anakmu kelak, masih mengenali ayahnya, seorang pembuat peta. Agar istrimu nanti, masih mengenali suaminya, seorang laki-laki yang tidak berlumuran darah. Berdiri." -Emishi.

"Tenang saja, pengkhianat tidak akan mengkhianati orang yang akan membantunya membalaskan dendam." -Pembayun.

"Aku datang tidak untuk membalaskan dendam, Khan. Aku datang karena inilah takdirku. Dan aku dengan senang hati menjalaninya. Seperti sungai yang mengalir. Mungkin. Aku kalah. Atau aku menang. Tapi apa pun hasilnya, dengan senang hati aku menjalani takdirku. Berusaha melakukan yang terbaik." -Emishi.