Jumat, 03 November 2023

Pembahasan tentang Genom yang Mudah Dimengerti

Pembahasan tentang Genom yang mudah dimengerti oleh Ryoichi Yamaoka kepada Meutia Ahmad Sulaiman dalam novel Te O Toriatte karya Akmal Nasery Basral.


"Myu, kita bukan dua orang yang baru berkenalan, bukan? Apalagi kita hidup di era milenium ketiga, abad 21, di mana seluruh genom manusia sudah lengkap terpetakan. Dengan rekayasa genetika, PTSD yang kau idap pasti bisa disembuhkan total. Selamanya. Kamu tak perlu bergantung lagi pada senyawa-senyawa kimia yang disebut obat penenang padahal sesungguhnya hanya menghancurkan sistem sarafmu dalam jangka panjang. Teknologi genetika saat ini sudah memungkinkan untuk itu."


"Begini, Myu. Genom kita, yakni paket lengkap gen manusia, terdiri atas 23 pasang kromosom yang terpisah. Dua puluh dua pertama dinamakan berdasarkan nomor 1 sampai 22 sesuai besar ukuran kromosom. Nomor 1 adalah yang terbesar dan nomor 22 yang terkecil. Sepasang kromosom sisanya yang tidak menggunakan angka adalah kromosom yang menentukan jenis kelamin kita: dua kromosom X besar yang ada pada dirimu dan semua wanita, lalu satu kromosom X dan satu kromosom Y pada diriku dan semua pria. Berdasarkan besarnya ukuran, kromosom X berada di antara kromosom 7 dan 8, sedangkan dari ukurannya kromosom Y memiliki bentuk terkecil." pasang


"Sampai di sini aku mengerti. Tapi apa hubungannya dengan traumaku?"


"Aku jelaskan dengan contoh mudah. Bayangkan sebuah buku terdiri dari 23 bab."


"Buku dengan 23 bab? Oke!"


"Buku itu disebut GENOM. Sedangkan 'bab' itu disebut KROMOSOM. Satu bab kromosom-tak seperti buku konvensional yang hanya terdiri atas satu cerita bisa terdiri atas puluhan ribu cerita. Bisa 30.000-80.000 cerita. Ini yang disebut GEN. Setiap cerita tersusun dari paragraf yang disebut EKSON, di mana setiap paragraf terdiri atas sejumlah kata yang disebut KODON dan setiap kata adalah susunan barisan huruf yang disebut BASA.


Kalau buku dalam aksara Latin, misalnya dalam Bahasa Inggris atau Indonesia, yang panjang katanya berbeda-beda namun selalu diambil dari 26 huruf yang ada, maka buku genom ditulis dengan kata-kata yang panjangnya selalu tiga huruf dari empat huruf yang ada, yakni A, C, G, T yang merupakan singkatan dari adenin, sitosin (cytosin), guanin, dan timin. Kalau buku ditulis pada halaman yang rata, maka genom ditulis pada rantai-rantai panjang gula dan fosfat yang disebut molekul-molekul DNA tempat basa-atau huruf-melekat menyamping membentuk anak tangga-anak tangga. Setiap kro- mosom adalah sepasang molekul DNA yang sangat panjang."


"Kamu mengingatkanku pada pelajaran biologi di sekolah dulu, hanya lebih rinci dan lebih rumit."


Ryo mengibaskan tangannya. "Lupakan tentang ekson, kodon, dan basa. Fokus saja pada perbedaan sederhana antara genom, kromosom, dan gen. Apakah kamu paham?"


"Semoga," ujar Meutia sambil mengingat sebentar penjelasan Ryo. "Jika genom adalah buku, maka kromosom adalah bab, dan gen adalah cerita yang menyusun bab. Betul?"


"Betul sekali. Ada informasi tambahan yang menarik menyangkut peran aktif seorang ilmuwan Indonesia yang membuat jumlah kromosom manusia diketahui sebanyak 23 pasang seperti sekarang, bukan 24 pasang seperti keyakinan para ilmuwan pada awal abad ke-20."


"Ilmuwan Indonesia? Wow! Aku baru dengar tentang ini."


"Singkat cerita sampai 1955 para ilmuwan masih yakin bahwa jumlah kromosom manusia itu 24 pasang berdasarkan riset Theopilus Painter. Selama tiga dekade hasil penelitian Painter yang dipublikasikan pada 1921 itu dipercaya sebagai sebuah kebenaran ilmiah, sampai seorang ilmuwan Indonesia bernama Joe Hin Tjio yang bekerja sama dengan ilmuwan Swedia, Albert Levan, menemukan hasil berbeda. Mereka mengoreksi kesalahan riset Painter dan menemukan bahwa manusia memiliki 23 pasang kromosom, bukan 24 pasang, seperti dimiliki simpanse, orang utan dan gorila, kerabat terdekat manusia dalam keluarga ungka.


Perbedaan paling jelas antara kita dengan ungka bukanlah karena kita kehilangan sepasang kromosom yang ada pada mereka, mela inkan karena dua pasang kromosom berukuran sedang pada ungka bergabung menjadi kromosom nomor 2 pada manusia."


"Maksudmu, genom kita mirip dengan orang utan, gorila, dan simpanse?"


Ryo mengangguk. "Itu yang menjadi standar pengetahuan genom sekarang. Tetapi genom ini bukan buku biasa. Ini buku biasa. Seandainya setiap kata di dalam genom kita baca dengan kecepatan yang luar biasa satu detik per kata, ingat ya, Myu, satu detik per kata, dan kita membaca buku ini selama delapan jam sehari, terus menerus selama sepekan, sebulan, dan seterusnya tanpa pernah libur sehari pun membaca, maka kita baru akan tuntas membaca seluruh isi buku genom manusia ini setelah satu abad"


Meutia terkejut. "Selama itu untuk membaca genom di tubuh kita?"


"Ya! Atau kalau genom itu kita tulis dalam bentuk satu huruf untuk setiap satu milimeter, maka panjang tulisan itu akan mencapai panjang hampir 3.000 kilometer, setara dengan jarak Jakarta-Bangkok."


Meutia tercengang. "Sepanjang itu?"


'Penjelasan Ryo ini disarikan dari Bagian Pendahuluan, Bab 1 dan Bab 2 buku berjudul GENOME: The Autobiography of A Species in 23 Chapters (Matt Rid- ley, 1999). Terjemahan dalam Bahasa Indonesia menjadi GENOM: Kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab (PT Gramedia Pustaka Utama, 2018, cetakan keempat) Penjelasan Ryo tentang stres yang berhubungan dengan gen CYP17 dan gen TCF, disarikan dari Bab 10.


"Betul. Dan ajaibnya, Myu, seluruh informasi tadi, yang butuh waktu seabad untuk membacanya dan jika ditulis akan sepanjang 3.000 km, ternyata bisa termuat di dalam nukleus atau inti sel yang sangat kecil-kebanyakan berdiameter kurang dari 1/10 milimeter-yang membuat sel itu bisa ditempatkan dengan mudah di ujung jarum.


"Allahu Akbar!"


"Begitulah kekuasaan-Nya yang mengagumkan. Sekarang pertanyaanku, Myu: bagaimana caranya jika kita ingin mengubah isi sebuah buku atau mengubah genom?"


"Mmm... dengan mengubah bab atau mengubah kromosom?"


"Tepat! Dan bagaimana caranya agar kita bisa mengubah sebuah bab atau kromosom?"


"Berarti harus mengganti cerita-cerita yang menyusun bab itu atau mengubah gen?" Mata Meutia berbinar. "Betulkah jawabanku?" Ryo mengangguk. "Sekarang kamu sudah paham inti rekayasa genetika?"


"Mungkin. Lalu apa hubungannya dengan kondisiku dan PTSD yang kualami?"


"Penjelasan ini agak lebih teknis. PTSD berada dalam kelompok besar gangguan mental yang disebut STRES, yang banyak sekali jenisnya. Gen yang bertanggung jawab menyebabkan stres dan pengalaman traumatik manusia adalah gen CYP17 berada pada yang kromosom 10. Maka di masa depan, siapa pun yang mampu mengendalikan CYP17 akan mampu pula mengendalikan kadar stres yang dialami seseorang, tanpa menggunakan obat-obatan! Ini bisa dilakukan sejak manusia masih menjadi embrio."


"Kedengarannya menakutkan." Meutia bergidik.


"Tidak juga. Di dalam tubuh manusia selalu ada kolesterol, senyawa organik yang larut di dalam lemak namun tak larut di dalam air. Kolesterol memproduksi setidaknya lima hormon penting yang disingkat PAKET, yaitu Progesteron, Aldosteron, Kortisol, Estradiol dan Testosteron. Kelimanya secara bersama-sama dikenal sebagai steroid. Gen yang bertanggung jawab mengubah kolesterol menjadi steroid ini adalah gen CYP17 yang berada di kromosom 10 yang aku jelaskan tadi. Kamu bisa mengikuti penjelasanku?"


"Aku masih belum terlalu mengerti. Aku pernah dengar bahwa kadar kortisol dalam darah berkaitan dengan stres. Semakin tinggi kadar kortisol, akan semakin tinggi juga kadar stres."


"Benar, dan inilah inti pembicaraan kita, Myu. Stres bisa diakibatkan oleh tekanan dunia luar seperti beban pekerjaan, atau kehilangan orang-orang yang dicintai..."


"Stres jangka pendek akan menyebabkan kenaikan hormon epinefrin dan norepinefrin..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar