Rabu, 01 November 2023

Review Novel Te O Toriatte - Akmal Nasery Basral

Dokumentasi pribadi

Hai guys, di awal November ini aku akan membahas sebuah novel yang berjudul Te O Toriatte karya Akmal Nasery Basral. Aku menyukai novel ini sama seperti aku menyukai novel-novelnya Tere Liye. Novel ini bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Meutia Ahmad Sulaiman yang berumur 14 tahun ketika tsunami Aceh melanda dan menewaskan seluruh keluarganya. Meutia selamat dan diadopsi keluarga Jepang. Setelah ia merasa bahagia lagi, musibah masih menimpanya (gempa tsunami Tohoku) dan kebocoran nuklir Fukushima yang menewaskan orang tua angkatnya membuat Meutia kembali merangkap traumatik yang meretakkan jiwanya. Di tengah mengalami PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), ia berjibaku mewujudkan mimpi menjadi Doktor Computer Engineering sekaligus memilih salah satu di antara tiga lelaki yang mencintainya.

Dari novel ini aku jadi tahu macam-macam yang belum kuketahui sebelumnya, dialognya juga menggunakan nuansa bahasa Jepang beserta terjemahan bahasa Indonesianya. Novel ini punya tiga latar tempat Aceh, Jakarta dan Jepang. Aku suka tema sains pembahasan tentang Genom Ryoichi Yamaoka (pakar genom ternama berkebangsaan Jepang) yang kata penulisnya mirip Kento Yamazaki, dikemas secara sederhana dengan menggunakan analogi buku sehingga mudah dimengerti. Jadi menambah pengetahuanku, bahwa ada Joe-Hin Tjio seorang ilmuwan genetika kelahiran Indonesia yang menemukan bahwa kromosom manusia berjumlah 23 pasang. 

Kutipan yang kusukai,

“Hidup adalah menjalani masa kini, bukan merayakan masa lalu.”

“Hidup adalah keberanian, menghadapi yang tanda tanya. Tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar. Terimalah dan hadapilah.” -Soe Hok Gie.

“Apakah cowok songong itu tak pernah membaca sejarah bahwa perempuan Aceh tak pernah takut terhadap lelaki? Jangankan cuma satu orang, satu batalyon bersenjata pun akan dihadapi.”

“Yang lebih menakutkan bagi kita adalah mereka yang masih hidup, sebab hanya yang masih hidup yang bisa berbuat jahat.”

“Bahagia itu adalah pilihan hidup. Kebahagiaan bisa diperjuangkan.” “Kebahagiaan bukan berarti tidak ada-nya masalah dalam hidup kita. Bukan, bukan itu, karena masalah pun merupakan bagian alami dari hidup kita sehari-hari.” “Bahagia dalah cara kita beradaptasi menghadapi masalah, memeluknya dengan ramah dan mencari jalan keluarnya tanpa menyerah.”

“Kamu harus terus melangkah. Jangan sampai kesedihan menghalangimu untuk mencapai mimpi-mimpimu.”

“Tapi hidup kan bukan hanya urusan romance. Kamu harus berurusan dengan keluarganya juga nanti.”

“Tapi pertengkaran itu sebetulnya bisa dibuat peraturannya di awal hubungan. Apa saja yang bisa dan boleh dipertengkarkan, apa saja yang tidak perlu dan terlarang karena hanya menghabiskan energi.”

“Orang itu tidak berubah. Karakter tidak berubah, apalagi jika sudah seumur Mami Tuta. Believe me.”

“Seharusnya ini hal yang mudah karena hanya tinggal memilih. Tetapi ternyata justru memilih itu yang tak mudah.”

“Tuhan membenci orang yang putus asa dan bunuh diri.”

“Ketidakikhlasan itu bisa timbul karena perasaan bersalah.”

“Aku tahu. Tapi kadang risiko harus diambil untuk menunjukkan keseriusan cinta.”

“Semua orang rentan terkena mental disorder dengan beragam derajat, dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Yang paling ringan misalnya orang yang sering melamun, itu gerbang awal menuju dunia halusinasi.”

“Aku tidak bisa menyembuhkanmu.” “Hanya Allah yang mampu, karena Dialah Maha Pencipta sekaligus Maha Penyembuh. Kesembuhan akan datang melalui ikhtiar medis, do’a tanpa lelah dan izinnya.

“Allah adalah Maha Penyembuh. Hanya Dia yang menyembuhkan, sayangku. Sering-seringlah kita menyebut nama-Nya dengan penuh cinta, penuh rindu. Itulah sebaik-baik obat di muka bumi.”

“Bahwa Tuhan selalu menolong hamba-Nya dengan cara-Nya sendiri, pada waktu yang dia kehendaki. Bukan menurut cara dan waktu yang kita inginkan. Tugas kita sebagai manusia hanyalah melakukan yang terbaik dan setelah itu bersikap ikhlas terhadap apa pun ketetapan-Nya.”

“Sebab hidup bukanlah menunggu hujan usai melainkan terus berkiprah di tengah badai.”

“Betapa pun musibah datang bertubi-tubi di sekeliling kita, selama tangan-tangan kita masih terus saling bertaut melakukan ‘genggam cinta’ maka tak ada pelajaran/hikmah yang akan kita lewatkan sebagai sesama manusia, sesama makhluk Tuhan yang harus saling tolong menolong. Saling menjaga agar cahaya kemanusiaan tidak pernah redup di relung-relung hati terdalam. Kita sebagai makhluk paling cerdas di atas muka bumi.”

Berikut beberapa tempat yang berkesan di novel ini.

Masjid Baiturrahim Ulee Lheue adalah sebuah masjid bersejarah yang berada di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia. Masjid ini dibangun pada abad ke-17 dan merupakan peninggalan Kesultanan Aceh.

Masjid Istiqlal adalah sebuah masjid nasional yang berada di kota Jakarta Pusat, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia. Masjid ini menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara dan masjid terbesar keenam di dunia dalam hal kapasitas jamaah.

Pemandangan Angsa di Danau Inawashiro, Fukushima, Jepang



Edelweis di Gunung Pangrango, Lembah Mandalawangi, Jawa Barat


Universitas Aizu, Aizuwakamatsu, Jepang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar