Bismillah … Bermula dari Gramedia yang berbaik hati mau kasih promo buku-buku sampai sekian persen, pada akhirnya aku bisa punya beberapa novel lagi termasuk yang satu ini. Oke, ini merupakan novel terjemahan sekaligus dari negara jepang yang pernah kubaca. Terima kasih Gramedia karena aku bisa punya novel ini dengan harga 20.000 rupiah saja dari harga yang tertera di belakang covernya yaitu 82.000 rupiah itupun di pulau Jawa, bukan Sumatra. Terima kasih juga buat para pengguna situs Goodreads karena sudah memberi bintang >4 dan menulis ulasan yang bisa meyakinkanku membeli buku ini. Sekian intermezzonya.
Novel cantik dengan cover depan bergambar piano dengan
seekor kucing di bawahnya dan cover belakang tampak sepasang dua
murid sekolah ternyata juga secantik isinya. Saat pertama kali aku membacanya
bisa langsung membayangkan seperti tengah menonton anime. Seperti deskripsi
yang terdapat di sampul belakang, tokoh utamanya yaitu Kazuki Tsukigase menyimpan
sebuah rahasia dan memutuskan untuk melanjutkan SMA di sebuah pulau terpencil bernama
Tokishima. Di sana terdapat sebuah tempat misterius yang dijuluki Pantai Kamikakushi.
Dan secara tidak sengaja Kazuki menemukan seorang anak perempuan terdampar di pantai
tersebut yang menggumamkan ‘1974’ saat tak sadarkan diri. Apa artinya?
Penggambaran wilayah pantai Kamikakushi hanya saja sulit untuk aku pahami, apa harus baca ulang di bagian itu hm. Aku berharap novel ini bisa diadaptasi menjadi anime hanya ingin tahu saja bagaimana bentuk visual pantai tapi nggak tega juga lihat masa lalu Kazuki ☹ aku sudah mencari referensi di mesin pencarian memang indah.
Di dalam novel ini menggunakan istilah Kamikakushi
(menghilangnya seseorang secara misterius) dan Marebito (seseorang yang datang
dari jauh membawa keberuntungan).
Karakter di sini adalah persahabatan Kazuki dengan
tiga orang temannya Mikiya, Shuuji, Akimitsu (seperti kata pengulas Goodreads)
meskipun berbeda karakter, ya mereka lah alasan aku juga tertarik dengan novel
ini, rindu dengan cerita persahabatan daripada roman. Kazuki juga bermain piano
aku jadi ingat seperti tokoh utama yaitu Arima Kousei di Shigatsu wa Kimi no Uso.
Di sini juga ada Takatsu yang tsundere (lagi-lagi seperti kata pengulas Goodreads)
dan Nishina sensei yang megayomi. Aku suka keberanian Nanao.
Kutipan yang kusukai,
“Kau merasa seolah dunia ini hanya terdiri dari
hal-hal yang indah dan menyenangkan, lalu kau merasa mampu hidup tanpa
menyakiti dan disakiti orang lain. Meskipun kau tahu bahwa sesungguhnya tidak mungkin
ada hal semacam itu dan hari-hari seperti itu tidak akan pernah tiba.”
“Karena kita punya perasaan, makanya kita disebut
manusia, kan.”
“Tapi kau terlalu keras, ada kalanya kau malah jadi
berpikiran sempit.”
“Kau kan manusia. Manusia itu perginya ke sekolah!”
“Manusia itu, berapa pun usianya, pasti kesulitan
menyampaikan sesuatu dan menjadi orang dewasa itu bukan berarti kau bisa
menyampaikannya dengan baik.”
“Lagi pula asrama putra kan tempat berkumpulnya
makhluk-makhluk kelaparan.”
“Ngomong-ngomong, kau tidak ikut klub? Kau memancarkan
aura yang mirip dengan orang yang tidak punya kesibukan.”
“Di dunia saat informasi lebih cepat mengalir
dibandingkan air, manusia tidak akan terlalu ingat pada kejadian yang bahkan
baru terjadi seminggu.”
“Karena dia itu orang yang sangat idealis, ia tidak
akan membiarkan orang yang tidak ia percaya menyentuh karyanya. Terlebih lagi
membiarkan mereka memilikinya.”
“Tidak cukup kalau hanya baik. Kita harus memeriksa sifat
dan penampilannya lebih jauh.”
“Mengucapkan hal-hal kecil seperti ‘enak’, ‘terima
kasih’, atau ‘cantik’ ke perempuan itu perlu, loh.”
“Aku tidak akan memaksamu untuk bercerita. Lagi pula
aku tidak berhak untuk menghakimimu.”
“Padahal biasanya orang pura-pura mendekati dan dan
berusaha menyenangka orang yang memberikan keuntungan buat dirinya dan akan
berlagak angkuh pada orang yang posisinya lebih rendah dibanding dirinya.”
“Kau menyesalinya?” “Kalau menyesal … mungkin tidak.” “Kalau
begitu tidak masalah, dong.”
“Kau membolos? Kau benar-benar anak yang berjiwa bebas,
ya.”
“Setiap manusia memiliki ritme pemikiran dan
penyampaiannya sendiri-sendiri. Jika ritme itu terganggu, maka mereka pasti akan
merasa terancam.”
“Tsukigase juga tidak boleh terus terima disakiti. Kau
boleh saja marah,”
“Mereka hanya bersenang-senang sejenak, lalu setelah
itu mereka tidak ingat pernah berkata demikian. Jangan pernah mengambil
hatiucapan orang-orang seperti itu.”
“Jika kau melukainya dan membuatnya bersedih, itu tidak
pantas disebut rasa suka. Aku tidak akan pernah mengakui perasaan semacam itu.”
“Memang apa salahnya dengan cerita yang sederhana dan
membosankan? Bukankah bagus jika Kazuki memiliki teman, lukanya sembuh dan
bahagia? Bukankah merasa senang dengan itu semua merupakan bukti bahwa kau
menyukainya?”
“Orang asing yang kita kenal dari internet itu tidak bisa
kita percaya.”
“Aku terlalu santai dan lengah hingga mudah disudutkan
sampai tidak dapat melepaskan diri seperti terjerat dalam jaring laba-laba.”
“Para orang dewasa itu tidak menanyakan dan mengatakan
apa pun padanya, kemudian seenaknya mengambil keputusan di akhir.”
“Yang namanya keluarga, mau apa pun yang terjadi,
tidak boleh bercerai-berai.”
“Yang jelas mereka peduli dari lubuk hati yang
terdalam. Ucapan dan Tindakan tanpa memikirkan dirinya sendiri itu mungkin yang
disebut orang-orang kasih sayang.”
“Setelah ini pun hari-hari akan terus berlanjut dan
akan berakhir suatu hari.”
“Suatu peristiwa dapat mengubah hubungan manusia dan hubungan
yang telah berubah tidak bisa kembali ke asal sepenuhnya.”
“Tetapi saat terlintas di benakku bahwa orang itu
pasti berharga bagi seseorang, perasaan jahat itu menjadi kecil. Bukan
menghilang, ya. Hanya menjadi lebih kecil dan aku terus mengulangnya setiap
hari sehingga aku belum pernah melakukannya.”
“Menjadi aneh tidak melanggar aturan dan bukan berarti
karena kita aneh, kita tidak boleh hidup, kan.”
“Sesungguhnya yang paling jauh adalah masa lalu. Masa
itu sudah jauh berlalu meninggalkannya dan tidak akan pernah bisa diulang kembali.
Seberapa panjangnya ia menjulurkan tangannya, masa itu tidak akan pernah
tergapai. Meski ada yang ingin ia sampaikan, sudah mustahil.”
“Seperti hukum rimba, yang lemah akan dimakan.”
“Masa lalu berada sangat jauh melebihi apa pun yang
ada di dunia ini sehingga mau sekeras apa pun aku berusaha menggapainya, tidak
akan pernah tercapai.”
Akhirul kalam, cerita dan bahasa novel ini memang sederhana tapi tetap saja rasanya indah dan sesuai untuk dibaca semua kalangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar