Rabu, 25 Oktober 2023

Review Novel The Color Of A Dream - Julianne Maclean

Hai guys, kali ini aku akan mereview novel lagi. Yeah, beda dari sebelumnya penulisnya adalah Julianne Maclean, jelas bukan nama orang Indonesia tapi Kanada. Penulis lulusan sastra inggris ini rupanya sering menerbitkan novel dengan genre romantis. Genre yang sebetulnya ga kusukai sama sekali tapi berhubung aku sudah terlanjur beli bukunya ya sudahlah takutnya mubadzir kan kalau tidak dibaca, sayang juga. Kenapa aku ga suka genre romantis, karena geli saja gitu hh bayanginnya. Oh ya, ternyata novel ini termasuk novel dewasa ya untuk pembaca yang berumur 21 tahun ke atas. Walaupun aku sudah dewasa tapi novel seperti ini masih asing untuk aku baca apalagi penulisnya dari luar negeri.

Sejujurnya, aku ga merekomendasikan novel berjudul ‘The Color Of A Dream’ ini setelah habis membacanya. Tapi, aku teringat dengan rating 4 sekian di situs goodreads. Ya, nilai yang bagus dari 5. Jadi, aku hanya mencoba melihat kelebihan dari novel ini selain cover cantiknya yang kusukai.

Novel ini bercerita tentang Nadia Carmichael yang berpisah dari saudara kembarnya, diadopsi, sampai ia butuh transplantasi jantung karena korban virus misterius. Nadia pun operasi jantung yang baru, namun setelah pulih ia selalu bermimpi untuk menemukan identitas pendonornya. Menurutku, novel ini cukup menarik ketika penulis membahas tentang ide transplantasi jantung kemudian bagaimana jantung baru itu mencoba menyesuaikan di tubuh seseorang lain. Pertamanya, jantung akan bereaksi tidak seharusnya itu hal normal lalu penerima jantung baru minum obat tertentu supaya jantungnya berdetak seperti di dalam tubuh manusia pada umumnya.

Aku jadi mengerti bagaimana rasanya jadi orang yang mengalami transplantasi jantung ini. Dia merasakan sakit yang begitu sangat, sampai tidak sanggup untuk membawa benda-benda berat yang biasanya bisa dibawa sebelum seseorang melakukan operasi. Sampai ia bisa tiba-tiba tak sadarkan diri.

Novel ini memiliki dua POV (point of view) yaitu Nadia Carmichael dan Jesse Vincent Fraser. Awalnya aku ga mengira apa hubungan Nadia dengan Jesse karena di beberapa part awal selalu diceritakan kisahnya Jesse, sampai aku pikir ‘Apa aku salah baca atau ada isi bacaannya yang keliru’ karena ga disebut karakternya Nadia. Sampai akhirnya terjawab di part 22 dari seluruh part 65. Aku salut sama karakternya Nadia yang tangguh setelah banyak nasib buruk yang dialaminya, pantesan Jesse juga yang memujinya, “Kau tampak hebat.”

Kehidupannya Jesse sebenarnya juga ga semulus itu di mana dia selalu menjadi bayang-bayang kakaknya yang sukses dan mempesona tapi aslinya banyak sisi gelap. Aku suka Jesse yang mandiri lepas dari tangan orang tuanya yang pilih kasih dengan anaknya, sama seperti aku suka Diana yang mandiri juga sangat sayang dan mengayomi sama adik kembarannya. Kehadiran Christine bisa membuat pasangannya yang punya karakter buruk sekali menjadi sedikit lebih baik.

Kekurangan novel ini karena ada gaya hidup karakternya yang menurut mereka itu pilihan dan bebas tapi menurutku terlalu buruk yaitu mabuk-mabukkan, tinggal serumah di luar ikatan pernikahan dan ketika mereka ada masalah cukup membuatku pusing yang seharusnya aku ga perlu repot memikirkannya, ‘Tapi semua pembaca pasti juga terbawa emosional kan?’ karena memang penulisnya jago.

Oke sekian, selanjutnya seperti biasa kutipan yang kutertarik.

“Percayalah, saat hubungan baru yang mengasyikkan ini sudah kehilangan daya tariknya dan kau terjebak dalam pekerjaan rendahan, bertengkar dengan gadis itu tentang bagaimana kalian akan membayar tagihan telepon, perasaanmu akan lain dan kau akan menyesal.”

“Definisiku tentang kesuksesan berbeda dari mereka. Aku tidak perlu menghasilkan satu juta dollar. Aku tidak ingin memiliki serangkaian hubungan superfisial dengan gadis-gadis yang tidak punya kesamaan denganku.”

“Bukankah itu bagian dari kehidupan? Mengikuti kata hatimu? Menjajaki hal-hal yang tidak diketahui dan mencoba-coba serta belajar dari kesalahan?”

“Hal-hal tertentu dalam hidup berada di luar kendali kita.”

“Kalau kau percaya seseorang tidak menyukaimu, tidakkah kau akan menjauhi orang itu? Jika orang itu memperlakukanmu dengan sikap tidak pecaya, bukankah kau akan berhenti berusaha mendekatkan diri?”

“Hidup seharusnya dIsertai dengan label peringatan.” “Perhatian. Kegembiraan dan kesedihan di depan. Jalan terus dengan sangat berhati-hati.”

“Karena kalau ada satu hal yang yang kupelajari dalam hidup, itu adalah jangan pernah mengabaikan firasat.”

“Kalau ada satu hal yang kupelajari ketika berada di rumah sakit-itu adalah bahwa hidup ini singkat dan kita tidak oleh menyia-nyiakan waktu yang berharga dengan merasa benci atau menyimpan dendam.”

“Secara pribadi, aku percaya hal-hal tertentu memang ditakdirkan dan ‘kebetulan’ adalah kata yang terlalu sederhana untuk hal yang terjadi pada kebanyakan dari kita.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar