Hai guys, kali ini aku akan mereview novel lagi. Yeah, beda dari sebelumnya penulisnya adalah Julianne Maclean, jelas bukan nama orang Indonesia tapi Kanada. Penulis lulusan sastra inggris ini rupanya sering menerbitkan novel dengan genre romantis. Genre yang sebetulnya ga kusukai sama sekali tapi berhubung aku sudah terlanjur beli bukunya ya sudahlah takutnya mubadzir kan kalau tidak dibaca, sayang juga. Kenapa aku ga suka genre romantis, karena geli saja gitu hh bayanginnya. Oh ya, ternyata novel ini termasuk novel dewasa ya untuk pembaca yang berumur 21 tahun ke atas. Walaupun aku sudah dewasa tapi novel seperti ini masih asing untuk aku baca apalagi penulisnya dari luar negeri.
Sejujurnya, aku ga
merekomendasikan novel berjudul ‘The Color Of A Dream’ ini setelah habis membacanya.
Tapi, aku teringat dengan rating 4 sekian di situs goodreads. Ya, nilai yang
bagus dari 5. Jadi, aku hanya mencoba melihat kelebihan dari novel ini selain cover
cantiknya yang kusukai.
Novel ini bercerita
tentang Nadia Carmichael yang berpisah dari saudara kembarnya, diadopsi, sampai
ia butuh transplantasi jantung karena korban virus misterius. Nadia pun operasi
jantung yang baru, namun setelah pulih ia selalu bermimpi untuk menemukan
identitas pendonornya. Menurutku, novel ini cukup menarik ketika penulis membahas
tentang ide transplantasi jantung kemudian bagaimana jantung baru itu mencoba menyesuaikan
di tubuh seseorang lain. Pertamanya, jantung akan bereaksi tidak seharusnya
itu hal normal lalu penerima jantung baru minum obat tertentu supaya jantungnya
berdetak seperti di dalam tubuh manusia pada umumnya.
Aku jadi mengerti
bagaimana rasanya jadi orang yang mengalami transplantasi jantung ini. Dia
merasakan sakit yang begitu sangat, sampai tidak sanggup untuk membawa
benda-benda berat yang biasanya bisa dibawa sebelum seseorang melakukan operasi.
Sampai ia bisa tiba-tiba tak sadarkan diri.
Novel ini memiliki dua POV
(point of view) yaitu Nadia Carmichael dan Jesse Vincent Fraser. Awalnya aku ga
mengira apa hubungan Nadia dengan Jesse karena di beberapa part awal selalu
diceritakan kisahnya Jesse, sampai aku pikir ‘Apa aku salah baca atau ada isi
bacaannya yang keliru’ karena ga disebut karakternya Nadia. Sampai akhirnya
terjawab di part 22 dari seluruh part 65. Aku salut sama karakternya Nadia yang
tangguh setelah banyak nasib buruk yang dialaminya, pantesan Jesse juga yang
memujinya, “Kau tampak hebat.”
Kehidupannya Jesse
sebenarnya juga ga semulus itu di mana dia selalu menjadi bayang-bayang
kakaknya yang sukses dan mempesona tapi aslinya banyak sisi gelap. Aku suka Jesse
yang mandiri lepas dari tangan orang tuanya yang pilih kasih dengan anaknya, sama seperti aku suka Diana yang mandiri juga sangat sayang dan mengayomi sama adik kembarannya. Kehadiran Christine bisa membuat pasangannya yang punya
karakter buruk sekali menjadi sedikit lebih baik.
Kekurangan novel ini
karena ada gaya hidup karakternya yang menurut mereka itu pilihan dan bebas
tapi menurutku terlalu buruk yaitu mabuk-mabukkan, tinggal serumah di
luar ikatan pernikahan dan ketika mereka ada masalah cukup membuatku pusing
yang seharusnya aku ga perlu repot memikirkannya, ‘Tapi semua pembaca pasti juga
terbawa emosional kan?’ karena memang penulisnya jago.
Oke sekian, selanjutnya
seperti biasa kutipan yang kutertarik.
“Percayalah, saat
hubungan baru yang mengasyikkan ini sudah kehilangan daya tariknya dan kau terjebak
dalam pekerjaan rendahan, bertengkar dengan gadis itu tentang bagaimana kalian
akan membayar tagihan telepon, perasaanmu akan lain dan kau akan menyesal.”
“Definisiku tentang
kesuksesan berbeda dari mereka. Aku tidak perlu menghasilkan satu juta dollar.
Aku tidak ingin memiliki serangkaian hubungan superfisial dengan gadis-gadis
yang tidak punya kesamaan denganku.”
“Bukankah itu bagian dari
kehidupan? Mengikuti kata hatimu? Menjajaki hal-hal yang tidak diketahui dan
mencoba-coba serta belajar dari kesalahan?”
“Hal-hal tertentu dalam
hidup berada di luar kendali kita.”
“Kalau kau percaya
seseorang tidak menyukaimu, tidakkah kau akan menjauhi orang itu? Jika orang
itu memperlakukanmu dengan sikap tidak pecaya, bukankah kau akan berhenti berusaha
mendekatkan diri?”
“Hidup seharusnya dIsertai
dengan label peringatan.” “Perhatian. Kegembiraan dan kesedihan di depan. Jalan
terus dengan sangat berhati-hati.”
“Karena kalau ada satu
hal yang yang kupelajari dalam hidup, itu adalah jangan pernah mengabaikan
firasat.”
“Kalau ada satu hal yang
kupelajari ketika berada di rumah sakit-itu adalah bahwa hidup ini singkat dan
kita tidak oleh menyia-nyiakan waktu yang berharga dengan merasa benci atau
menyimpan dendam.”
“Secara pribadi, aku percaya hal-hal tertentu memang ditakdirkan dan ‘kebetulan’ adalah kata yang terlalu sederhana untuk hal yang terjadi pada kebanyakan dari kita.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar