Selasa, 14 Juli 2020

Duh, Corona ... Pasti Ada Hikmahnya

Rasa-rasanya bosan aja ga sih dengan kasus Covid-19 (corona virus disease 2019) yang ga habis-habis? Berawal dari bulan maret, ini sudah mau hampir 5 bulan lho. Entah kapan ini berakhir. Aku juga ga tau mau senang, sedih ato apa yang jelas beraduk lah, karna ada kelebihan juga kekurangannya yang kurasakan. Sesekali mengaduh gapapa lah ya.

Karena keadaan Corona ini bersifat pandemi, jadi berdampak pada semuanya, kesehatan masyarakat dan ekonomi. Seumur-umur baru kali ini kurasakan keadaan bangsaku tidak stabil, dulu ada tapi ini lebih parah, maybe? Ga usah jauh-jauh ke luar negeri, di daerah kita saja banyak yang kena dampaknya.

Saat keluar rumah, harus memakai masker, mesti jaga jarak, juga ingat, cuci tangan. Saat memasuki suatu fasilitas pun diperiksa suhu tubuh. Nah, yang ini paling menimbulkan salah paham, ada yang takut karna kayak ditembak gitu:(, eh bukan jadian maksudnya:') ada juga yang karena keringat dingin jadi naikin suhu tubuhnya.

Jadi, akibat pandemi ini apa? Sekolah & sederajat, universitas & sederajat ditutup, rencana-rencana yang akan direalisasikan jadi dihapus dan acara terpaksa dibatalkan. Bahkan tempat ibadah pun ga boleh dipake buat ibadah.

Karena sekolah dan universitas ditutup jadilah media pembelajarannya melalui daring. Munculah istilah kayak kulon ato kuliah online. Biasanya guru ato dosen memberi tugas berupa pdf, powerpoint, dsb melalui aplikasi chat sejuta umat maybe, ialah WA. Atau pernah Zoom? Tapi dengar-dengar ga aman deh.

Juga muncul tagar #dirumahaja dan saat mendekati lebaran ada #janganmudikdulu. Tapi tagar itu ga bisa dipukul rata sih, ya kalo anak sultan boleh ngomong gitu wong dia duduk anteng di rumah duit ngalir terus. Bagi keluarga ekonomi menengah kebawah gimana mau di rumah aja, keluarga di rumah mau dikasih makan apa. Belum lagi kebutuhan yang lain.

Kalo tagar #janganmudikdulu aku setuju. Tapi ntah kenapa ga sedikit yang tertangkap pas mereka mau mudik. Entah apa alasannya, tapi posthink aja mungkin ada hal di desa yang ga didapat di kota pada saat itu, ato ada keperluan mendesak kayak keluarganya sakit. Seperti quotes unknow, 'Hukum tidak mengerti kenapa orang itu mencuri. Yang hukum tahu orang itu mencuri.'

Dampak corona ini bagiku, sebagai lulusan 2020 ya kayak di PHP-in aja gitu. Dan ini lebih sakit daripada ngerasa di PHP-in doi, serius. Katanya UKK kami dibatalkan, eh tiba² ada, ya karna sekolah sendiri sih. Tapi kami yang tadinya habis UN di bulan Maret langsung menyimpan semua buku pelajaran rapat-rapat, jadi mesti belajar lagi akhir Mei.

Tapi ya kelebihannya sertifikat yang didapat bisa buat teman yang akan melamar kerja.

Kalo daftar kuliah kelebihannya kalo saya, ga perlu ujian tulis lagi di tempat kampusnya, cuma kirim nilai rapor melalui pos dan ujikes mandiri itupun pake pdf. Ya jadi kayak dimudahkan.

Bersyukur lebih dalam, daerahku ga terlalu parah kasus coronanya. Aku tidak bisa membayangkan gimana dengan masyarakat yang tinggal di kota besar. Juga gimana lelahnya petugas medis menangani. Ya moga mereka yang sakit segera diberi kesembuhan. Pada akhirnya yang dibutuhkan ialah kesadaran sendiri untuk tidak keluar rumah kecuali saat benar-benar dibutuhkan.

Dan sekarang sampai juga di tahap new normal, ah melonjak naik dah kasusnya, moga setelah ini juga berakhir, seperti negara yang kasusnya udah ga ada, aamiin paling serius.

Hikmahnya ya mungkin Tuhan ingin menyadarkan kita hamba untuk kembali pada-Nya. Karna ya, mungkin kita udah terlalu jauh dari-Nya. Dengan makhluk sekecil virus corona yang bahkan tidak dapat dilihat dengan mata ini mengajarkan bahwa manusia itu tidak ada apa-apanya dibanding Dia, tidak patut untuk bersikap sombong.

Kita mesti rajin berolahraga dan menanamkan pola hidup sehat dari sekarang. Juga kita harus selalu menjaga kebersihan. 'Kebersihan setengah dari iman.' 'Allah itu indah dan menyukai keindahan.'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar