Sabtu, 02 September 2023

Kehidupan di Media Sosial yang Semu

Bismillah … Aku pernah dengar kajian ustadz dengan kutipannya, ‘Kita ikut senang dengan apa yang terlihat; Kita hidup di dunia penuh dengan kepalsuan’ Apakah yang beliau maksud? Ya, tentu saja media sosial. Di sana terlihat begitu banyak keindahan dan kebahagiaan. Tapi apakah itu semua asli? Belum tentu. Pemandangan yang diedit dengan dengan aplikasi sedemikian rupa supaya lebih menarik. Gambar diri dengan suatu filter tertentu agar menawan. Postingan tentang pencapaian, pernikahan atau yang katanya sumber kebahagiaan lainnya.

Tentu saja, kita ikut senang melihatnya. ‘Alhamdulillah, ternyata si A sudah lulus ya’ ‘Wah si B sudah bekerja di perusahaan ternama’ ‘MasyaAllah si Z cantik sekali ya, pasangannya juga ganteng, sekufu’. Kalau merasa terinspirasi sih syukur, ‘MasyaAllah, dia cerdas sekali. Aku juga mau jadi sepertinya, aku harus meningkatkan kualitas diriku, banyak membaca, rajin belajar’ ‘Wih dia punya body goals, ramah lagi orangnya, aku harus sering olahraga juga lah biar sama kayak dia’ 

Yang jadi masalah sih jadi membandingkan dengan diri sendiri, ‘Enak banget sih jadi si C yang anak orang kaya, bisa sering jalan-jalan keluar negeri pula sedangkan aku keluar kota saja belum bisa’ ‘Enak ya jadi orang cantik pasti hidupnya bakal bahagia terus deh, aku apalah remahan roti’ ‘Dia pintar ya, pasti teman-temannya bangga bisa berteman sama dia, kalau aku keren pun tak punya’

Kawan, kita nggak tahu pasti dengan kehidupan seseorang yang kita nilai hanya dari media sosial. Prestasi yang mereka raih, kita nggak tahu berapa malam dia lelah mengejarnya, mengorbankan fase masa muda yang nggak sempat dinikmatinya. Kita nggak tahu sudah sebanyak apa air mata yang dihabiskan seseorang karena tekanan mental dari pemimpin tempatnya bekerja tapi nggak bisa pindah karena untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kita nggak bakal nyangka kalau selama ini si cantik itu nggak disukai teman-temannya karena perasaan iri padanya. Kita nggak ngira kalau si cerdas punya masa lalu yang tidak mengenakan yaitu pembullyan dan si kaya yang hidupnya selalu diatur oleh keluarganya meski dia punya kemauannya sendiri tapi suka nggak suka harus menuruti.

Biarkanlah mereka mau memposting apapun di media sosial selagi itu bukan keburukan. Kita selalu punya pilihan untuk memfollow seseorang jika menyukai postingannya dan meng-unfollow jika tidak suka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar