Bismillah … Ini kali pertama aku mencoba untuk mereview novel. Ini pula novel dari penulis Tere Liye yang pernah aku baca untuk pertama kalinya dan berjudul, Hujan. Sebelum itu mohon maaf jika secara tidak sengaja terdapat spoiler meskipun ga ada niat untuk menuliskannya. Ya, hanya dengan kata 'Hujan' saja Tere Liye bisa membuat alur cerita sedemikian rupa itu memang hal yang patut diapresiasi. Hujan merupakan fenomena alam yaitu awan menumpahkan sebagian besar air yang ada di dalamnya. Hujan sangat bermanfaat bagi seluruh kehidupan makhluk, apalagi bagi manusia yang punya makna tersendiri dalam hidupnya akan hal hujan. Apakah kamu juga menyukai hujan?
Bagi Lail, setiap momen
dalam hidupnya selalu berkenaan dengan hujan, apapun itu dalam segala suka dan
duka. Dari pertemuan terakhir bersama ibunya yang tak pernah disangka,
pertemuan pertama dengan Esok, kehilangan ayahnya, menonton evakuasi, sampai anak
perempuan itu punya keinginan untuk menghapus ingatan menyangkut tentang hujan.
Esok, belakangan diketahui
nama lengkapnya Soke Bahtera, anak laki-laki yang berusia dua tahun lebih tua
dari Lail. Seseorang yang berperangai baik, suka menolong, peduli, dia
lah yang menyelamatkan Lail dari bencana alam dahsyat yang menimpa kota mereka.
Dia juga orang yang jenius, pekerja keras dan sangat menyayangi ibunya.
Alur novel ini adalah
maju mundur dengan setting di tahun 2050. Di mana saat itu populasi makhluk
bumi sudah mencapai sepuluh miliar dan teknologinya paling mutakhir. Menurutku, novel
dengan ending yang plot twist ini tidak membahas cinta-cintaan biasa tapi punya
arti yang lebih dalam daripada itu. Aku suka dengan persahabatan mulanya Lail
dan Esok menguatkan mereka di tengah berbagai ujian yang dialami mereka. Persahabatan Lail dengan Maryam juga patut diacungkan jempol. Di mana
ada rasa saling menghargai, serta selalu setia dan bersama dalam situasi apapun.
Aku suka semangat Lail
dengan dukungan sahabatnya Maryam daripada galau memikirkan cinta perlahan
tumbuh yang tidak pasti, ia mengalihkan perasaan itu menyibukkan diri dengan
kegiatan yang bermanfaat seperti menjadi relawan dan fokus dengan pendidikan
untuk menempuh profesi perawat. Begitu pula dengan Esok yang punya proyek besar
dibalik konsentrasi kuliahnya di ibukota tapi dia juga tidak melupakan orang-orang
yang berharga buatnya.
Nggak ada tokoh antagonis
di novel ini, bahkan walikota juga sudah mengemban tugas dengan baik untuk keluarga
dan warganya. Peran ibu Esok dan ibu panti juga menambah menariknya jalan
cerita. Intinya aku sangat merekomendasikan novel ini, terlebih ada bumbu
sci-fi atau science fiction (fiksi ilmiah) bisa menambah sedikit pengetahuan. Meski
aku butuh waktu lama memahaminya saat kata-kata itu terdapat dalam breaking
news atau yang keluar dari Esok.
Quotes yang kusuka:
“Jangan pernah jatuh
cinta saat hujan. Karena ketika besok lusa kamu patah hati, setiap kali hujan
turun, kamu akan terkenang dengan kejadian menyakitkan itu”
“Hidup ini juga memang
tentang menunggu. Menunggu kita untuk menyadari: kapan kita akan berhenti
menunggu.”
“Orang kuat itu bukan
karena dia memang kuat, melainkan karena dia bisa lapang melepaskan …”
“Lebih baik mendengar
kebenaran meski itu amat menyakitkan daripada kebohongan meski itu amat
menyenangkan”
Dan yang terakhir, “Bukan
melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima,
maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima,
dia tidak akan pernah bisa melupakan.”
Tapi, ada satu hal yang
mengganjal di pikiranku tentang kutipan di novel ini. “Bagian terbaik dari
jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakan rasa sukanya,
sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi
oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun.
Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi, kenapa kamu sakit
hati setelahnya? Kecewa? Marah? Benci? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak
pernah paham betapa indahnya jatuh cinta.”
Ah mungkin memang benar, aku tidak pernah paham betapa indahnya jatuh
cinta …
Tapi setelah aku bertanya kepada seseorang bijaksana dan pemberani, "Entah, menurutku tiap
cerita punya bagian terbaiknya masing-masing. Entah itu tentang memiliki atau
juga sebaliknya" jawabannya. "Bagian terbaiknya adalah hal-hal yang tidak
pernah disesali. Apapun akhir cerita itu. Senang, sedih, bersama atau berpisah.
Seseorang akan menerima itu tanpa bertanya kenapa."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar