Minggu, 31 Mei 2020

Bagiku, Beliau Luar Biasa

Bapakku itu berperawakan tinggi tapi tidak terlalu besar. Saat beliau masih muda, kulihat di foto, cukuplah ganteng. Sekarang karena bekerja sebagai Welder dan usia yang tak muda lagi kadar kegantengnya makin berkurang. Karena beliau bekerja di tengah terik mentari, bau logam, dengan baju kotor tentunya. Beliau bekerja di bengkel orang, yang hanya mempercayai konsekuennya pada bapak. Bukan hanya karena bapakku itu mahir, tapi beliau juga orangnya jujur.

Tapi, dibalik kelebihan seseorang, sudah pasti ada kekurangannya juga. Bapakku itu orang yang perfeksionis, tidak akan istirahat sebelum pekerjaan selesai. Beliau bekerja dari pagi setelah mengantar adikku kesekolah hingga sore menjelang petang. Imbasnya, saya dan saudara-saudaraku yang lain ga terlalu akrab dengan beliau. Kalau sejak kecil pun aku sudah lupa, apakah beliau pernah bercanda dengan kami dulu?

Bapak juga ga pernah menanyakan tentang kegiatan kami di Sekolah, atau bagaimana kami menjalani di setiap harinya. Sampai saya pernah iri dengan temanku yang ayahnya dia terbiasa mendengar curhatan putrinya.

Sampai suatu ketika, saya ngerasa seperti 'membenci' bapakku itu. Hanya karena karakter beliau yang ga pandai berbasa-basi. Terkadang saya tercengang dengan beliau yang jika ingin sesuatu harus ada sesegera mungkin. Seperti saat bulan ramadan kemarin, bapak yang marah karena saya telat masak nasi, tapi ditujukan ke mamak. Ya, salah saya juga sih ketiduran sebelumnya. Meski beliau juga ga langsung makan nasi pas berbuka, tapi persediaan seperti itu termasuk air minum harus beliau pastikan ada. Saya jadi ga enak ke mamak.

Tapi, ada hari-hari, di mana beliau juga bisa bercanda, yang kebanyakan ditanggapi oleh mamak doang. Terkadang, kalo udah seperti itu aku cuma ketawa aja padahal kami ga ngerti candaan beliau, hehe. 'ngapunten pak.' :v

Pada akhirnya, saya sadar. Saya ga benar-benar membencinya. Karena sejujurnya, saya membenci diriku sendiri. Kalau saya ingin bapakku mendengar curhatanku seharusnya saya yang memulainya terlebih dahulu. Dan saya ga bisa itu. Saya terlalu membandingkan dengan bapak orang lain, nan di mataku seperti ga ada cela, padahal saya yang ga tau.

Padahal, bapak itu orang baik, beliau selalu berbagi untuk orangtuanya. Bahkan mamak pun menyuruh kami untuk mengikuti beliau. Meski pekerjaan beliau yang ga sewibawa profesi lain, dengan do'a mamak, Alhamdulillah makin kesini, ada aja rezeki itu.

Semua orang ga mungkin sama, termasuk bapak. Mungkin mereka menyayangi kami dengan caranya. Ya seperti saat itu, ada satu momen yang membuatku ga akan kulupakan, saat aku tengah di luar malam itu, dengan beberapa saudara jauh laki-laki, bapak spontan bilang, 'bukan pulang bukan udah malam, kementelan (gaya)!'

Ya, meski malam itu belum larut dan ada seorang saudara perempuan kami juga di sana yang beliau ga melihatnya, saya tertegun sekaligus senang saya sadar diam-diam bapak memperhatikanku. Sedetik saya ngerasa beliau cinta pertamaku seperti kata orang.

Saya seharusnya bersyukur alhamdulillah masih memilikinya, beliau yang ga kenal lelah mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Beliau yang diam-diam menanyakan kami, anak-anaknya pada mamak. Beliau yang mencukupi kebutuhanku sebelum meminta. Di luar sana tentu, banyak mereka yang ingin jadi sepertiku. Astaghfirullah. Mungkin, bapak ga pernah baca tulisan ini, tapi anakmu ini udah salah, maaf ya pak T_T

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  2. Wah cerita yang bagus Us, membuat saya tersentuh. Btw namamu Usii, mengingatkanku dengan pangilannya kak Rintik Sedu "Paus". Biasanya dia dipanggil "Us" oleh penggemarnya. Tapi bukan Uus #bercanda 😁.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi makasih komenannya Awan.. baru tau kamu komen juga di sini😁 jadi baru balas. Btw, usii nama panggilan dari seorang teman, baru kepikiran juga bisa jadi usii🤣 *ngomongapa.
      Oh pantesan pas ku baca postingan rintik sedu, mereka komen "us" kukira di mana hubungannya lah, harusnya "du" gitu. Hahahh iyaa ada juga ya uus😁

      Hapus